Olahraga dan Permainan Tradisional

Olahraga dan Permainan tradisional merupakan bentuk kegiatan yang telah berkembang dan tumbuh di tengah-tengah masyarakat sejak zaman dahulu kala, pada zaman kerajaan dan mengalami alkulturasi pada jaman penjajahan. Olahraga dan Permainan tradisional merupakan kegiatan permainan yang sederhana, mudah dimengerti/dipelajari dan dilakukan, biayanya relatif murah dibanding dengan permainan moderen karena sedikit menggunakan perlengkapan dan peralatan yang dapat dibuat sendiri serta dapat dimainkan di arena terbuka maupun tertutup. Olahraga dan Permainan tradisional pada awalnya sangat digemari oleh masyarakat, namun dalam perkembangannya secara berangsur-angsur menghilang dan tinggal namanya saja karena terdesak oleh olahraga modern serta jenis permainan yang menggunakan teknologi modern berupa permainan elektronik. 


Di kalangan anak-anak dan remaja, bahkan orang dewasa pada saat ini olahraga tradisional masih sangat awam bagi mereka, dan kurang diminati, padahal bila ditelusuri secara lebih mendalam permainan/ olahraga tradisional ini dapat memiliki nilai-nilai luhur yang perlu diperkenalkan dan diwariskan pada generasi muda selain semangat persahabatan, kebersamaan, kekeluargaan dan persatuan di antara yang ikut bermain, juga dapat membuat perasaan dan suasana ceria serta sportivitas yang tinggi. Olahraga dan Permainan tradisional merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang perlu dilestarikan agar tidak punah ditelan jaman. Untuk mewujudkan hal tersebut maka perlu dilakukan tindakan untuk menggali dan melestarikan permainan tradisional salah satunya dapat dilakukan melalui kegiatan sosialisasi permainan tradisional keseluruh wilayah Indonesia. Olahraga/Permainan tradisional merupakan salah satu peninggalan budaya nenek moyang yang memiliki kemurnian dan corak tradisi setempat. Indonesia dikenal memiliki kekayaan budaya tradisional yang sangat beraneka ragam. Namun seiring dengan semakin lajunya perkembangan teknologi budaya tradisional semakin lama semakin tenggelam seiring dengan pengaruh budaya asing, maraknya permainan playstation, game watch, computer game, dan sebagainya. Jika generasi saat ini tidak berusaha melestarikan maka lambat laun budaya tradisional kita akan semakin tenggelam dan suatu saat akan punah, sehingga identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berkebudayaan tinggi akan hilang. 
Penyebab tenggelamnya budaya tradisional tersebut tentunya terdiri dari berbagai macam, seperti: 
(1) Kurangnya sosialisasi olahraga tradisional kepada masyarakat; 
(2) Tidak adanya minat masyarakat untuk menggali kekayaan tradisional; 
(3) Tidak ada minat melombakan secara berjenjang, berkelanjutan, dan berkesinambungan.

Tujuan
1. Untuk menggali dan melestarikan olahraga/permainan tradisional sebagai bagian dari budaya bangsa.
2. Memberikan nuansa hiburan sekaligus mendorong dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
3. Mempererat silahturahmi dan kekeluargaan antar lintas generasi, baik orang tua, anak-anak dan cucu.
4. Meningkatkan kemampuan gerak (psikomotorik) dan kebugaran jasmani masyarakat.
5. Meningkatkan karakter dan nilai-nilai positif (afektif) kepada anak bangsa yang terkandung dalam setiap permainan.
6. Meningkatkan daya pikir dan pengetahuan (kognitif) anak secara baik dan kritis.

A. Pengertian Play
Bermain (play) adalah aktivitas menyenangkan, dan sukarela, dengan senang dan menyenangkan diri dan merupakan sarana untuk belajar secara aktif (Furqon, 2006:2; Yus, 2010:61; Thobroni dan Mumtaz, 2011:41; Husdarta, 2011:130). Bermain lebih mengedepankan cara daripada hasil akhir karena di dalamnya terdapat nilai-nilai yang berharga (Yusuf, 2000:172). 
Mu’arifin (2009:24) menjelaskan bahwa bermain mempunyai karakteristik bahwa kegiatan jasmaniah dilakukan secara: 
(a) Dalam berpartisipasi terdapat unsur bebas, sukarela, dan tanpa paksaan, 
(b) tidak tergantung pada batasan ruang dan waktu, 
(c) hasil akhir merupakan hal yang sudah direncanakan, 
(d) aktivitas tidak menghasilkan sesuatu atau tidak menghasilkan suatu nilai yang permanen, 
(e) peraturan yang ditetapkan bergantung kondisi, dan ditentukan berdasarkan situasional, 
(f) kualitas aktivitas yang dilakukan adalah bagian dari kehidupan nyata. 
Bermain adalah aktivitas yang menyenangkan, sukarela, dan serius, di mana anak berada dalam dunia yang tidak nyata atau sesungguhnya. Bermain mempunyai sifat menyenangkan karena tidak terikat oleh hal yang menyenangkan, dengan tidak banyak memerlukan pemikiran. 
Bermain merupakan aktivitas yang berharga bagi anak dan terdapat nilai-nilai, di antaranya: 
  • Anak mendapatkan kesenangan, kepuasan, kebanggaan, dan pereda ketegangan, 
  • Anak dapat mengembangkan bermacam-macam sikap antara lain sikap percaya diri, sikap tanggung jawab, dan sikap kooperatif (mau bekerja sama), 
  • Anak menjadi kenal aturan yang berlaku dan belajar untuk menaatinya dalam kelompoknya,
  • Anak dapat memahami bahwa terdapat kelebihan dan kekurangan pada dirinya sendiri maupun orang lain, 
  • Anak mempunyai kesempatan mengembangkan sikap sportif, tenggang rasa, atau toleran terhadap orang lain. 

B. Pengertian Games
Permainan didefinisikan sebagai pengulanganan bentuk-bentuk aktivitas dan manusia memegang peranan yang dominan. Permainan adalah salah satu bentuk aktivitas sosial yang dengan teman-temannya dibanding terlibat dalam aktivitas lain. 
Pendapat lain dijelaskan Siedentop (1990:95) yang menjelaskan bahwa permainan adalah bermain dengan keterampilan fisik, strategi, dan kombinasi. Permainan dimainkan membutuhkan keterikatan dan banyak energi, lebih kuat dan serius melebihi bermain, dan memungkinkan terdapat penghargaan atas pemenuhan dan keberhasilan. 
Permainan seringkali diklasifikasikan ke dalam tiga macam dari yang sederhana sampai yang kompleks, yaitu: 
(1) permainan dengan organisasi rendah dan lari beranting, 
(2) permainan yang mengarah ke olahraga (lead-up game), 
(3) olahraga yang sesungguhnya. 

C. Pengertian Sport
Olahraga adalah berbagai permainan yang terinstitusionalisasi atau terlembagakan yang menuntut demonstrasi atau peragaan kecakapan fisik. Olahraga digunakan untuk untuk segala jenis kegiatan fisik, yang dapat dilakukan di darat, air, maupun udara. Olahraga dikatakan sebagai bentuk tersendiri dari permainan dan bermain serta mengukur kemampuan (bertanding) tetapi olahraga mempunyai karakter tersendiri (Mu’arifin, 2009:21). Berikut ini adalah kedudukan bermain (play), permainan (games), dan olahraga (sport) akan dijelaskan di bawah ini. Play
D. Tahapan Permainan Berdasarkan Tahapan Keterampilan Gerak 
Permainan mempunyai tahapan-tahapan berdasarkan keterampilan gerak sesuai dengan perkembangannya. Karena jika diberikan atau dilakukan sesuai dengan tahapan keterampilan gerak, maka permainan yang dilakukan akan memberikan hasil yang optimal. Furqon (2006:10) mengklasifikasikan tahapan permainan menjadi beberapa bagian. Berikut ini disajikan tahapan permainan berdasarkan keterampilan gerak. 
1. Permainan dengan organisasi rendah (Low Organized Games)
Permainan dengan organisasi rendah adalah permainan yang bercirikan sebagai berikut:
(a) Bentuk permainan sederhana.
(b) Tidak memerlukan peraturan yang rumit.
(c) Tidak sukar dilakukan.
(d) Cocok bagi anak-anak yang baru mengenal permainan.

2. Permainan yang menuju ke olahraga (Lead-up Games)
Setelah memiliki kemampuan bermain dengan organisasi rendah, maka dapat ditingkatkan ke permainan yang lebih kompleks. Lead-ups games dapat diartikan permainan yang dimodifikasi yang selanjutnya merupakan permainan yang menuju ke olahraga. Olahraga mini merupakan salah satu contohnya. 

3. Olahraga (Official Sport)
Olahraga yang dimaksud adalah olahraga resmi yang biasa dipertandingkan, seperti sepakbola, bola voli, bola basket, bulutangkis, tenis, dan sebagainya. 

E. Pengertian Olahraga/Permainan Tradisional
Olahraga/permainan tradisonal merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan dibaliknya, dimana pada prinsipnya permainan dapat dilakukan oleh siapapun peminatnya, baik anak maupun dewasa. Dengan demikian bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan karena tujuannya sebagai media
permainan. Aktivitas permainan yang dapat mengembangkan aspek-aspek psikologis dapat dijadikan sarana belajar sebagai persiapan menuju dunia orang dewasa. Permainan digunakan sebagai istilah luas yang mencakup jangkauan kegiatan dan perilaku yang luas serta mungkin bertindak sebagai ragam tujuan yang sesuai dengan usia anak. Permainan tradisional sangat beragam, karena setiap daerah mempunyai jenis dan model permainan tradisional tersendiri, tergantung adat-istiadat, kebiasaan dan bahkan unsur-unsur magis atau sepiritual bisa berpengaruh kepada bentuk suatu permainan tradisional disuatu daerah. Kemenpora (2006: 09) tidak sedikit olahraga tradisional yang dipengaruhi oleh budaya setempat, kemampuan magis, bahkan senipun ikut berperan. 
Olahraga/permainan tradisional adalah warisan dari beberapa generasi yang diturunkan secara temurun mempunyai makna yang simbolis dengan gerakan, ucapan, maupun alat-alat yang digunakan. Pesan-pesan tersebut bermanfaat bagi perkembangan motorik, kognitif, emosi dan sosial anak sebagai persiapan atau sarana belajar menuju kehidupan di masa dewasa. Pesatnya perkembangan permainan elektronik membuat posisi permainan tradisional semakin tergerus dan nyaris tak dikenal. Memperhatikan hal tersebut perlu usaha-usaha dari berbagai pihak untuk mengkaji dan melestarikan keberadaannya melalui pembelajaran ulang pada generasi sekarang melalui proses modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi sekarang. Permainan diartikan sebagai istilah luas yang mencakup pada kegiatan dan perilaku yang luas dan bertindak sebagai ragam tujuan yang sesuai pada tingkat perkembangan usia anak. Permainan dapat didefinisikan: 
(1) sebagai kecenderungan, 
(2) konteks, 
(3) perilaku yang dapat diamati,  
(4) sesuatu ketetapan yang berbeda-beda.
Permainan tidak lepas dari pada adanya kegiatan bermain anak, sehingga istilah bermain dapat digunakan secara bebas, yang paling tepat adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan, bermain dilakukan secara suka rela oleh anak tanpa ada pemaksaan atau tekanan dari luar. Bermain secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan yang terdapat 5 pengertian: 
  1. Bentuk kegiatan bersifat menyenangkan serta memiliki nilai intrinsik.
  2. Tidak memiliki tujuan yang ekstrinsik, motivasinya lebih banyak bersifat intrinsik (membangun sesuatu dari dalam diri sendiri).
  3. Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak serta melibatkan peran aktifnya.
  4. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial.   
Oleh karena itu, bahwa permainan tradisional disini adalah permainan anak-anak dari bahan sederhana sesuai aspek budaya dalam kehidupan masyarakat. Permainan tradisional juga dikenal sebagai permainan rakyat merupakan sebuah kegiatan rekreatif yang tidak hanya bertujuan untuk menghibur diri, tetapi juga sebagai alat untuk memelihara hubungan dan kenyamanan sosial bermasyarakat. Dengan demikian permainan suatu kebutuhan bagi anak. Sehingga anak memperoleh nilai dan kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari. 
Olahraga/permainan tradisional diharapkan dapat masuk dalam pendidikan yaitu dilingkungan sekolah sehingga dapat meningkatkan kualitas belajar, hal ini diindikasikan bahwa dengan sebuah permainan maka: 
  1. anak mempunyai gagasan dan minat yang merupakan sesuatu utama untuk dikembangkan, 
  2. menyediakan kondisi ideal sebagai wadah untuk mempelajari dan meningkatkan kualitas pembelajaran, 
  3. rasa memiliki dianggap sesuatu yang utama untuk pembelajaran melalui permainan, 
  4. anak mempelajari cara belajar menggunakan permainan serta dapat menemukan cara mengingat pelajaran dengan baik, 
  5. pembelajaran dengan permainan terjadi dengan gampang, tanpa ketakutan, 
  6. permainan mumudahkan para guru untuk mengamti pembelajaran yang sesungguhnya dan siswa akan mengalami berkurangnya frustasi belajar.
Permainan tradisional adalah salah satu bentuk yang berupa permainan anak-anak, yang beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun temurun serta banyak mempunyai variasi. Sifat atau cirri dari permainan tradisional anak sudah tua usianya, tidak diketahui asal-usulnya, siapa penciptanya dan darimana asalnya. Biasanya disebarkan dari mulut ke mulut dan kadang-kadang mengalami perubahan nama atau bentuk meskipun dasarnya sama. Jika dilihat dari akar katanya, permainan tradisional tidak lain adalah kegiatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari generasi terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat kegembiraan. 

B. Perkembangan Permainan Tradisional
Permainan tradisional anak adalah salah satu bentuk folklore yang berupa yang beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun temurun, serta banyak mempunyai variasi. Oleh karena termasuk folklore, maka sifat atau ciri dari permainan tradisional anak sudah tua usianya, tidak diketahui asal-usulnya, siapa penciptanya dan dari mana asalnya. Permainan tradisional biasanya disebarkan dari mulut ke mulut dan kadangkadang mengalami perubahan nama atau bentuk meskipun dasarnya sama. Jika dilihat dari akar katanya, permainan tradisional tidak lain adalah kegiatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari generasi terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat kegembiraan. Permainan tradisional anak merupakan unsur kebudayaan, karena mampu memberi pengaruh terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak. Permainan tradisional anak ini juga dianggap sebagai salah satu unsur kebudayaan yang memberi ciri khas pada suatu kebudayaan tertentu. Oleh karena itu, permainan tradisional merupakan aset budaya, yaitu modal bagi suatu masyarakat untuk mempertahankan eksistensi dan identitasnya di tengah masyarakat lain. Permainan tradisonal bisa bertahan atau dipertahankan karena pada umumnya mengandung unsur-unsur budaya dan nilai-nilai moral yang tinggi, seperti: kejujuran, kecakapan, solidaritas, kesatuan dan persatuan, keterampilan dan keberanian. Sehingga, dapat pula dikatakan bahwa permainan tradisional dapat dijadikan alat pembinaan nilai budaya pembangunan kebudayaan nasional Indonesia (Depdikbud, 1996). Keberadaan permainan tradisional, semakin hari semakin tergeser dengan adanya permainan modern, seperti video game dan virtual game lainnya. Kehadiran teknologi pada permainan, di satu pihak mungkin dapat menstimulasi perkembangan kognitif anak, namun di sisi lain, permainan ini dapat mengkerdilkan potensi anak untuk berkembang pada aspek lain, dan mungkin tidak disadari hal tersebut justru menggiring anak untuk mengasingkan diri dari 7 lingkungannya, bahkan cenderung bertindak kekerasan. Kasus mengejutkan terjadi pada tahun 1999 di dua orang anak Eric Haris (18) dan Dylan Klebod (17), dua pelajar Columbine High School di Littleton, Colorado, USA, yang menewaskan 11 rekan dan seorang gurunya. Keterangan yang diperoleh dari kawan-kawan Eric dan Dylan, kedua anak tersebut bisa berjam-jam main video game yang tergolong kekerasan seperti “Doom”, “Quake”, dan “Redneck Rampage”. Kekhawatiran serupa juga terjadi di Cina, sehinggapemerintah Cina secara selektif telah melarang sekitar 50 game bertema kekerasan. Akan tetapi perkembangan teknologi di industri permainan anak tidak melulu bisa dijadikan alasan penyebab tergesernya permainan tradisional, karena kadang masyarakat sendiri yang kurang peduli dengan adanya permainan tradisional. Terlebih, penguasaan teknologi di era globalisasi ini menjadi tuntutan bagi semua orang, tak terkecuali anak-anak.
Menurut Misbach (2006), permainan tradisional yang ada di Nusantara ini dapat menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak, seperti :
  1. Aspek motorik: Melatih daya tahan, daya lentur, sensorimotorik, motorik kasar, motorik halus. 
  2. Aspek kognitif: Mengembangkan maginasi, kreativitas, problem solving, strategi, antisipatif, pemahaman kontekstual.
  3. Aspek emosi: Katarsis emosional, mengasah empati, pengendalian diri 
  4. Aspek bahasa: Pemahaman konsep-konsep nilai
  5. Aspek sosial: Menjalin relasi, kerjasama, melatih kematangan sosial dengan teman sebaya dan meletakkan pondasi untuk melatih keterampilan sosialisasi berlatih peran dengan orang yang lebih dewasa/masyarakat.
  6. Aspek spiritual: Menyadari keterhubungan dengan sesuatu yang bersifat Agung (transcendental).
  7. Aspek ekologis: Memahami pemanfaatan elemen-elemen alam sekitar secara bijaksana.
  8. Aspek nilai-nilai/moral : Menghayati nilai-nilai moral yang diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi selanjutnya. 
Jika digali lebih dalam, ternyata makna di balik nilai-nilai permainan tradisional mengandung pesan-pesan moral dengan muatan kearifan lokal (local wisdom) yang luhur dan sangat sayang jika generasi sekarang tidak mengenal dan menghayati nilai-nilai yang diangkat dari keanekaragaman suku-suku bangsa di Indonesia. Kurniati (2006) mengidentifikasi 30 permainan tradisional yang saat ini masih dapat ditemukan di lapangan. Beberapa contoh permainan tradisional yang dilakukan oleh anak-anak adalah Anjang-anjangan, Sonlah, Congkak, Orayorayan, Tetemute, dan Sepdur”. Permainan tradisional tersebut akan memberikan dampak yang lebih baik bagi pengembangan potensi anak. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa permainan tradisional mampu mengembangkan keterampilan sosial anak. Yaitu keterampilan dalam bekerjasama, menyesuaikan diri, berinteraksi, mengontrol diri, empati, menaati aturan serta menghargai orang lain. Interaksi yang terjadi pada saat anak melakukan permainan tradisonal memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan keterampilan sosial, melatih kemampuan bahasa, dan kemampuan emosi. 

C. Peran Permainan Tradisional
Dapat dikatakan bahwa permainan tradisional yang dimiliki masyarakat indonesia secara kearifan lokal masing-masing daerah di indonesia yang beraneka-ragam permainan tradisional didalamnya, setiap permainan tentunya memiliki niali edukasi didalmnya. Kita sadari atau tidak nilai edukasi yang tersimpan didalamnya, adalah nilai yang timbul dalam masyrakat itu sendiri. Nilai edukasi itu sendiri terbentuk, karena masyarakat indonesia cenderung menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan memupuk
semangat kerjasama membentuk karakter masyarakat indonesia yang ramah dan terkenal tinggoi akan kemauan dan kerja kerasnya untuk menggapai harapan dan cita-cita bangsa indonesia, melalui permainan/olahraga tradisionalnya. 
Dari penelitian yang dilakukan para ilmuan, diperoleh bahwa bermain mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan anak dalam hidupnya. Tujuan Permaian Edukatif sebenaanya untuk mengembangkan konsep diri (self concept), untuk mengembangkan kreativitas, untuk mengembangkan kopmunikasi, untuk mengembangkan aspek fisik dan motorik, mengembangkan aspek sosial, mengembangkan aspek emosi atau kepribadian, mengembangkan aspek kognitif, mengasah ketajaman pengindraan, mengembangkan keterampilan olahraga dan menari.
Permainan edukatif itu dapat berfungsi sebagai berikut: 
  1. Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak melalui proses pembelajaran sambil belajar 
  2. Merangsang pengembangan daya pikir, daya cipta, dan bahasa, agar dapat menumbuhkan sikap, mental serta akhlak yang baik. 
  3. Menciptakan lingkungan bermain yang menarik, memberikan rasa aman dan menyenangkan. 
  4. Meningkatkan kualitas pembelajaran anak-anak.
Didalam masyarakat peran penting dalam permainan tradisional, perlu kita kembangkan demi ketahanan budaya bangsa, karena kita menyadari bahwa kebudayaan merupakan nilai-nilai luhur bagi bangsa indonesia, untuk diketahui dan dihayati tata cara kehidupannya sejak dahulu. Bangsa indonesia merupakan bangsa yang besar dalam keaneka ragaman kebudayaan didalamnya, termasuk permainan tradisional didalamnya, keanekaragaman permainan tradisional adalah karena banyaknya daerah di indonesia memiliki kearifan lokal kebudayaan masing-masing, sehingga membentuk masyarakat melakukan aktivitas kebugaran jasmani yang berbeda satu daerah dengan yang lainnya. 
Permainan tradisonal memang sudah seharusnya mendapatkan perhatian khusus dan mendapatkan prioritas yang utama untuk dilindungi, dibina, dikembangkan, diberdayakan dan selanjutnya diwariskan. Hal seperti itu diperlukan agar permaina tradisional dapat memiliki ketahanan dalam menghadapi unsur budaya lain di luar kebudayaannya. 

D. Manfaat Permainan Tradisional 
Selain untuk melestarikan budaya dan nilai-nilai yang ada di dalamnya, dan memperkokoh budaya bangsa. Melestarikan budaya bangsa dengan melalui permainan itu sangat membatu, karena anak langsung bias merasakan dan praktek langsung mengenai permainan-permainan budaya bangsa (Hasibuan, dkk, 2011:464). Permainan tradisional juga banyak memiliki manfaat bagi yang memainkan. Ontong, R (2013:11) permainan tradisional sangat membantu perkembagan anak. Maka tidak heran bila dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan pun banyak menggunkan permainan tradisional dalam aktivitas gerak. Menggunakan permainan tradisional memberikan kesempatan pada anak untuk menghargai tentang aspek budaya, melakukan interaksi antar teman dan mempromosikan gaya hidup sehat (Putra, dkk, 2014:2088). Pemberian permainan tradisional untuk anak usia dini dapat meningkatkan aspek fisik, psikologis, dan sosiologis anak (Hanafi, Dkk, 2014:22). Deritani, N (2014:42) pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan menggunkan permainan tradisional banyak memperoleh manfaat bagi peserta didik, peneliti menggunkan permainan Ekar Mix (kelereng) untuk melakukan modifikasi pembelajaran tradisional pada pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. 
Sudarsini (2013:3) permainan tradisional menyebabkan anak yang bermain menjadi senang, bersunguh-sunguh, merasa terpacu untuk mengaktualisasi potensi yang berbentuk gerak, dan sikap prilakunya. Situasi seperti ini menimbulkan aspek pribadi anak sebagai makhluk sosial dan makhluk tuhan. Dengan demikian, permainan tradisional dapat berfungsi seagai wahana pencapaian tujuan pendidikan. Permainan tradisional sesuai untuk pengembangan keterampilan motorik dasar (Akbari, dkk, 2009:123). 
Permainan tradisional juga dapat digunkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, dan juga permainan tradisional padat membatu siswa dalam meningkatkan kebugaran jasmaninya (Yulianti, Drajat, & Rahmat, 2013; Sukarno, Habibudin, & Ruhiat: 2013). Permainan tradisional bisa membantu dalam pembentukan karakter anak, seperti nilai sportivitas, kejujuran, keuletan, kesabaran, ketangkasan, kreativitas, dan kerja sama (Sujarno, 2013:165). Berdasarkan paparan tersebuat dapat disimpulkan manfaat dari melakukan pembelajaran pada Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan mengunakan permainan tradisional, membantu dalam melestarikan budaya bangsa, membuat anak senang dan antusias dalam pembelajaran, meningkatkan kebugaran jasmani siswa, dan untuk tercapainya tujuan dari pembelajaran. Sebagai pendidik khususnya guru pendidikan, jasmani, olahrga, dan kesehatan, harus menggunkan permainan tradisional dalam setiap pembelajaran gerak, bisa di awal materi untuk melakukan pemanasan dan juga untuk selingan supaya siswa tidak mudah bosan dalam melakukan pembelajaran.

E. Contoh Permainan Tradisional
Berikut ini adalah beberapa contoh permainan tradisional yang berkembang di masyarakat.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Olahraga dan Permainan Tradisional"

Post a Comment