Motivasi dalam Belajar Gerak, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Klasifikasi Motive

Berdasarkan sifat pemunculannya, motif dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

1. Motive primer (pertama)

Motive primer merupakan muncul tanpa dipelajari dan terjadi pada proses kematangan dan bersifat fisiologis/biologis timbulnya dapat secara internal maupun secara eksternal. Sebagai contoh motif yang timbul secara internal misalnya karena terlalu banyak cairan tubuh yang keluar, maka akan mengakibatkan munculnya rasa haus yang menggerakkan perbuatan minum.

Sedangkan motive primer yang muncul secara eksternal, misalnya sinar matahari yang terlalu panas menyengat kulit, maka akan menggerakkan seseorang untuk berusaha mencari tempat berteduh terhadap terik matahari tersebut.


Motif fisiologis yang lain dapat digambarkan sebagai rasa lapar, lelah dan kebutuhan oksigen, sedangkan yang dapat dikategorikan sebagai motif umum adalah rasa cinta, ingin tahu, rasa taku,t dan kebutuhan akan aktivitas.

2. Motive Sekunder (kedua)

Motive sekunder muncul karena proses belajar atau berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki dan dapat diperoleh dari kondisi kondisi tertentu. Ada 12 macam motif sekunder yang bersifat psikologis pada kelompok adolesen, yaitu:

  1. penerimaan, yaitu perasaan bahwa orang lain bersifat mendukung menyetujui dan menyegani dirinya.
  2. pencapaian yaitu kebutuhan untuk mencapai tujuan, pengetahuan, kehormatan dan status.
  3. afeksi, yaitu perasaan dicintai dan mencintai 
  4. pembenaran yaitu perasaan sebagai seseorang yang memuaskan dan bahwa sesuatu yang dikerjakan memuaskan, menghindari celaan, kritik dan hukuman.
  5. keikutsertaan, yaitu kebutuhan akan perasaan sebagai bagian dari kelompok atau kelembagaan.
  6. penyesuaian diri, yaitu kebutuhan untuk menjadi seseorang seperti orang lain dan menghindari perbedaan.
  7. ketergantungan, yaitu kebutuhan untuk bergantung pada orang lain untuk memperoleh dukungan emosional, perlindungan, dorongan, bantuan dan ampunan.
  8. kemandirian, yaitu kebutuhan untuk berbuat dengan cara sendiri mencukupi diri sendiri dan bebas dari control orang lain.
  9. kekuasaan atau pengaruh yang besar, yaitu kebutuhan untuk memimpin, pemerintah, menguasai orang lain, mengatasi masalah dan rintangan dan mempengaruhi orang lain.
  10. dikenal, yaitu kebutuhan untuk dikenal sebagai individu yang lain daripada yang lain.
  11. realisasi diri, yaitu kebutuhan untuk berfungsi belajar memahami berbuat sebaik-baiknya, dan mencapai tujuan.
  12. berbudi yaitu kebutuhan memiliki catatan simpati dari teman dan orangtua, dapat mengekspresikan pikiran dan masalah tanpa kehilangan afeksi dan status personal. 

3. Hierarki Motive Menurut Maslow 

Abraham H Maslow (1945) menggambarkan motivasi manusia sebagai suatu hirarki yang terdiri dari 5 tingkat tingkat. Tingkat ini menunjukkan urutan kebutuhan (need) yang harus dipenuhi dalam suatu waktu tertentu. Kelima tingkat motivasi adalah sebagai nampak pada gambar berikut:



Heirarki Motive Menurut Maslow

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan badan manusia dalam bentuk sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling utama (primer) bagi kehidupan manusia. Kebutuhan-kebutuhan lainnya baru muncul bila kebutuhan primer tersebut secara relatif sudah terpenuhi.

  1. Kebutuhan rasa aman akan timbul setelah kebutuhan fisik fisiologis terpenuhi. Setiap manusia butuh rasa aman akan keselamatan diri, baik secara fisik maupun psikis.
  2. Kebutuhan afiliasi akan muncul setelah kebutuhan rasa aman relatif terpenuhi. Manusia pada dasarnya makhluk sosial yang ingin diterima menjadi anggota kelompok masyarakat tertentu dan ingin ikut aktif dalam berbagai kegiatan.
  3. Kebutuhan harga diri, menonjol setelah kebutuhan afiliasi terpenuhi. Setelah dirinya diterima di lingkungan tertentu, ia ingin agar kelompoknya membutuhkan dan menghargai dirinya. Setiap manusia mempunyai rasa harga diri, dan harga diri ini terwujud dalam berbagai bentuk diantaranya adalah prestise dan kekuasaan. Oleh karena itu orang akan mengejar prestise dan kekuasaan untuk mencapai harga diri yang tinggi.
  4. Kebutuhan pengembangan diri merupakan motif yang paling akhir. Manusia ingin mengembangkan dirinya sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya. Motif pengembangan diri muncul dalam bentuk antara lain kebutuhan untuk menjadi orang yang kompeten dan berhasil. 

Hierarki motif menurut Maslow tersebut dapat memberikan gambaran bahwa pada manusia terdapat kebutuhan dasar yang perlu pemenuhan secara bertahap. Kebutuhan tingkat-tingkat lanjutan baru nyata bermunculannya, apabila kebutuhan tingkat dasar sudah terpenuhi.

Emosi 

Biasanya seseorang berbuat sesuatu dengan melibatkan emosi. Seperti halnya insting dan kebiasaan pada dasarnya emosi sifatnya tanpa sadar. Emosi sangat berpengaruh terhadap tindakan seseorang dan menggambarkan berbagai keadaan kejiwaan manusia misalnya kebahagiaan kecemasan ketakutan keadaan tertekan stres, dukacita dan sebagainya.

Emosi merupakan respon dan reaksi psikologis dan fisiologis yang dihasilkan dari situasi yang ditangkap, mempunyai sifat pembawaan, tetapi banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti tingkat kematangan seseorang yang dapat berpengaruh terhadap pengendalian emosi. Dalam kegiatan olahraga masalah emosi merupakan faktor yang penting dalam usaha pencapaian prestasi. Pengaruh yang diberikan dapat bersifat negatif atau positif, tergantung pada tingkat emosional yang muncul serta kemampuan mengontrolnya.

Beberapa keadaan emosional yang berhubungan erat dengan olahraga adalah ketegangan, tekanan, dan kecemasan.

1. Ketegangan (Tension

Ketegangan dapat berarti reaksi saraf terhadap suatu situasi, misalnya perasaan mental karena ketakutan atau kesalahan, kelelahan secara fisik maupun mental dan dapat berarti ketegangan otot-otot dalam bereaksi melawan beban. Guru olahraga perlu memperhatikan terjadinya ketegangan mental maupun otot dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan prestasi siswanya. Tegangan otot sangat diperlukan dalam melakukan berbagai kegiatan olahraga, sedangkan kegiatan olahraga itu sendiri dapat digunakan menurunkan atau menghilangkan ketegangan mental yang tak perlu.

Ketegangan juga dapat menimbulkan terjadinya gejolak atau gairah (arousal) untuk berbuat sesuatu dalam aktivitas seseorang sebagai fungsi dari emosi dan motivasi. Seperti halnya motivasi maka emosi juga perlu ditimbulkan dalam situasi yang tepat untuk memberikan pengaruh yang menguntungkan dalam usaha mencapai tujuan.

2. Tekanan (Stress

Tekanan atau keadaan tertekan berasal dari pengaruh psikologis, fisiologis dan emosional. Stress adalah suatu istilah yang telah digunakan secara luas. Hampir setiap orang pernah mengalami keadaan stress dalam kegiatan sehari-hari dengan kadar yang berbeda-beda sesuai dengan kegiatan yang dilakukan dan cara cara penanggulangannya.

Timbulnya stress untuk setiap individu sifatnya relatif. Suatu situasi tertentu dapat menimbulkan terjadinya stres bagi seseorang, tetapi bagi orang lain ternyata tidak merasakan sebagai sebab timbulnya stress. Sebagai contoh dalam pertandingan olahraga, seorang pemain merasakan stress karena ulah penonton yang gaduh dan bersorak-sorai yang berakibat buruk bagi penampilannya, sedangkan pemain lain beranggapan bahwa situasi yang demikian justru dapat membangkitkan semangatnya untuk bermain lebih baik.

Penyebab gejala stres tidak spesifik, tetapi akibat terhadap keadaan psikologis adalah spesifik, yaitu keseimbangan tubuh internal (homeostatis) terganggu. 

Stress tidak dapat dihindari oleh seseorang, yang penting adalah bagaimana seseorang dapat mengatasi stress yang timbul sehingga tidak mengganggu penampilannya. Hidup pada dasarnya merupakan proses penyesuaian (adaptasi). Bila seseorang tidak mampu beradaptasi terhadap suatu keadaan, maka akan timbul stress. 

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa stress mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap tugas-tugas yang kompleks dibandingkan dengan yang sederhana. Stress biasanya lebih mengganggu, terhadap belajar dan melaksanakan tugas yang kompleks, sedangkan, terhadap tugas yang sederhana tidak berpengaruh, bahkan dapat menunjang upaya pencapaian prestasi yang lebih baik. Apabila suatu keterampilan dipelajari dengan baik, stress tidak akan tampak pengaruhnya. Dalam beberapa kasus tentunya dalam peningkatan belajar, dapat digunakan sebagai usaha peningkatan prestasi.

3. Kecemasan (Anxiety)

Kecemasan merupakan reaksi normal yang terjadi pada diri seseorang. Keadaan cemas ada hubungannya dengan rasa takut atau keadaan tertekan. Rasa cemas dapat menurunkan efisiensi perseptual, tetapi pada tingkat yang rendah justru menimbulkan kesiagaan, sehingga seseorang dapat membedakan stimulus lingkungan dengan lebih baik. 

Dalam menghadapi suatu pertandingan olahraga keadaan cemas sering timbul. Bagi seorang atlet yang sudah berpengalaman, kecemasan yang dapat dikontrol sehingga tidak mengganggu konsentrasi. Sebaliknya bagi atlet yang kurang berpengalaman sering timbul kecemasan yang berlebihan, sehingga nggak ada yang mengganggu penampilannya.

Orang yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi maupun yang rendah akan melakukan pekerjaan dengan hasil yang relatif sama terhadap kegiatan yang sederhana. Akan tetapi bagi seseorang yang pencemas (axious) biasanya bekerja lebih buruk pada kegiatan yang bersifat nya kompleks.

Anxiety dapat diartikan sebagai perasaan takut, cemas, atau khawatir akan terancam keselamatan kepribadinya. Semua orang pernah merasakan takut atau cemas dalam berbagai macam keadaan, seperti takut tidak naik kelas, takut tidak menunaikan kewajiban, takut tidak memperoleh kepuasan, dan sebagainya. Seperti yang telah dinyatakan oleh para ahli ilmu jiwa bahwa "hanya orang-orang yang kurang waras yang tidak pernah merasakan takut".  

Anxiety akan makin memuncak pada umur 20 tahun, karena pada umur tersebut seseorang sedang mendekati puncak pengembangan potensi-potensi fisik dalam kegiatan olahraga dan merupakan saat yang produktif untuk mencapai puncak prestasi. Pada umur 30 tahun, anxiety cenderung menurun tetapi setelah umur 60 tahun mulai naik lagi.

Hubungan antara Anxiety dengan penampilan gerak dapat dinyatakan dengan adanya dua teori. Teori pertama merupakan hasil perbaikan dari teori drive berdasarkan hasil tes yang dikembangkan oleh Martens (1971, 1972), dan hasilnya menyatakan bahwa teori tersebut kurang mendapatkan dukungan. Teori Drive menyatakan bahwa hubungan antara Anxiety dengan penampilan gerak merupakan hubungan yang linier, artinya setiap kenaikan tingkat Anxiety selalu diikuti oleh kenaikan penampilan gerak.

Teori lain yang menyatakan hubungan antara anxiety dengan penampilan gerak adalah teori U-terbalik yang berpostulat bahwa hubungan tersebut terbentuk berbentuk u-terbalik. Dengan demikian tingkat anxiety yang rendah maupun yang tinggi sama-sama menghasilkan tingkat penampilan gerak yang rendah, sedangkan tingkat anxiety menengah/sedang justru menghasilkan tampilan gerak yang tinggi.

Untuk menggambarkan perbedaan antara teori Drive dengan teori U-terbalik dapat dilihat pada gambar di bawah: 


Hubungan antara anxiety dengan penampilan gerak dalam teori Drive dan U-terbalik

Tingkat anxiety umumnya berubah-ubah, seperti yang terlihat dalam menghadapi suatu pertandingan. Perubahan-perubahan tersebut terlihat pada awal sebelum pertandingan dimulai, selama pertandingan berlangsung, dan mendekati akhir pertandingan, yaitu sebagai berikut:

  1. Sebelum pertandingan, tingkat anxiety naik disebabkan oleh berbagai bayangan tentang beratnya tugas atau lawan yang akan dihadapi dalam pertandingan.
  2. Selama pertandingan, tingkat anxiety biasanya menurun karena atlet sudah mengadaptasi dirinya dalam situasi pertandingan sehingga keadaan sudah dapat dikuasainya.
  3. Mendekati akhir pertandingan, tingkat anxiety lain naik lagi apabila apalagi bila terjadi pertandingan yang seimbang dan sifat pertandingannya sangat menentukan misalnya dalam final atau penentuan kemenangan regu.

Dalam pertandingan-pertandingan yang memerlukan waktu yang lama seperti menembak, panahan, dan beberapa nomor atletik, tingkat anxiety biasanya makin lama makin meningkat.

Teknik-teknik untuk Meningkatkan Motivasi

Usaha meningkatkan motivasi berupa merupakan salah satu usaha meningkatkan semangat belajar siswa. Beberapa macam teknik dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi, yaitu sebagai berikut:

A. Motivasi Verbal 

Motivasi verbal dapat dilakukan dengan cara melakukan percakapan pendek untuk membangkitkan semangat (pep talks), diskusi kelompok (team talks), dan pendekatan individu (individual talks). Agar hasilnya efektif, ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan:

  1. Langkah pertama, memberikan pujian terhadap hasil yang telah dilakukan oleh atlet dan menjelaskan peranannya dalam regu. Hal ini dilakukan untuk mendorong atlet agar mempunyai rasa percaya diri dan mampu melakukan tugasnya dengan baik 
  2. Langkah kedua, memberikan dorongan semangat dan sugesti. Setiap koreksi yang diberikan harus bersifat membangun, evaluasi harus dilaksanakan secara objektif, dan kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam usaha meningkatkan keterampilan harus dicari pemecahannya dengan memberikan petunjuk yang benar.
  3. Langkah ketiga, memberikan petunjuk dan pengertian tentang manfaat kegiatan yang sedang dilakukan. Dalam memberikan petunjuk sebaiknya tidak diberikan secara berlebihan dan emosional.

B. Motivasi Behavioral (perilaku)

Untuk mencapai tujuan dengan berhasil seseorang harus dibina dan diarahkan menuju perilaku yang baik yaitu: jujur, disiplin, sportif, memiliki dedikasi yang tinggi dan terpuji. Dalam hal ini contoh perilaku yang positif dari seorang guru atau pelatih memegang peranan yang penting. Dengan contoh-contoh perilaku yang baik dan positif dari guru atau pelatih nya diharapkan anak asuhnya akan dapat termotivasi untuk berperilaku positif pula dalam usaha mencapai keberhasilan, baik dalam olahraga maupun hidup bermasyarakat.

C. Motivasi Insentif 

Motivasi insentif merupakan dorongan dengan cara memberikan insentif atau hadiah-hadiah dengan tujuan menambah semangat belajar dan berlatih, menambah gairah dan ambisi untuk berprestasi. 

Cara ini dapat memberikan motivasi kepada seseorang untuk berusaha lebih dalam mencapai tujuan. Akan tetapi apabila diberikan secara terus-menerus akan memberikan kondisi yang kurang wajar terhadap siswa atau atlet. Mereka yang terbiasa memperoleh hadiah, apabila pada suatu saat tidak ada hadiah atau menerima hadiah yang sedikit dibandingkan biasanya, maka mereka dapat frustrasi, acuh atau bahkan patah semangat. 

Oleh karena itu insentif sebaiknya diberikan secara hati-hati, diberikan pada situasi yang tepat, dan jangan secara berlebihan. Motivasi insentif sebaiknya bukan merupakan satu-satunya motivasi yang diberikan kepada seseorang tetapi harus diimbangi dengan motivasi lainnya.

Motivasi dan Semangat Belajar, Dalam Pendidikan Jasmani

Sumber: Perkembangan dan Belajar Motorik  (Dr. Sugiyanto, dkk)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Motivasi dalam Belajar Gerak, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan"

Post a Comment