Transfer Dalam Belajar Gerak

Pengertian Transfer Dalam Belajar Gerak 

Bila seseorang belum pernah bermain tenis, tetapi memiliki pengalaman yang banyak dalam permainan tenis meja, maka dia akan lebih mudah untuk belajar bermain tenis dibandingkan dengan mereka yang belum pernah bermain tenis meja sebelumnya. Hal ini dapat terjadi karena antara kedua permainan tersebut banyak mempunyai kesamaan, meskipun kedua permainan menggunakan peralatan dan lapangan yang berbeda.

Aspek-aspek yang merupakan kesamaan adalah cara memukul bola, dan posisi serta gerakan-gerakannya. Keduanya dapat melakukan pukulan setelah bola memantul dari lapangan, gerakan kaki selalu berlawanan dengan tangan yang diayun tangan yang digunakan untuk memukul bola, dan keduanya juga sama-sama melakukan putaran bola (spin) dan sebagainya.

Kemudahan belajar tenis karena mahir bermain tenis meja tersebut merupakan suatu gambaran akan adanya proses transfer dalam belajar. Kemampuan bermain tenis meja dapat mempermudah dalam mempelajari gerakan keterampilan tenis. 

Dari uraian diatas maka berapakah istilah transfer dalam belajar gerak dapat diartikan sebagai penggunaan prosedur dari hasil belajar yang pernah dialami pada situasi baru atau situasi yang lain pada tahap belajar yang dialami kemudian. Transfer juga terjadi dari situasi pendidikan jasmani di sekolah, pada situasi kehidupan sehari-hari yang merupakan nilai lebih yang dihadapkan dari pendidikan jasmani sebagai sarana pendidikan menuju tercapainya tujuan pendidikan dalam pembentukan manusia seutuhnya.

Transfer menurut Thorndike disebut sebagai penyebaran hasil yang merupakan penggunaan pengalaman masa lampau pada situasi yang baru. Sedangkan Skinner menyebutkan generalisasi untuk pengertian yang sama dengan transfer. Dengan demikian secara umum transfer dalam belajar dapat didefinisikan sebagai pengaruh latihan pertampilan sebelumnya terhadap belajar suatu keterampilan baru.

Berdasarkan tingkat dan arah pengaruhnya transfer dapat dibedakan menjadi tiga kecenderungan yaitu:

  1. Transfer Positif, adalah transfer yang bersifat menguntungkan. Transfer positif terjadi apabila penguasaan keterampilan sebelumnya dapat membantu atau mempermudah dalam berusaha menguasai keterampilan baru yang sedang dipelajari. Sebagai contoh pengalaman bermain tenis meja sebelumnya dapat mempermudah dalam belajar tenis.
  2. Transfer Negatif, adalah transfer yang bersifat merugikan. Transfer negatif terjadi apabila penguasaan keterampilan sebelumnya justru menghalangi atau mempersulit terhadap belajar keterampilan baru. Sebagai contoh dalam mempelajari forehand dalam tenis akan mengalami kesulitan apabila sebelumnya telah melakukan latihan kesimpulan persampelan forehand untuk bulu tangkis. Pukulan dalam bulutangkis banyak menggunakan gerakan memecut pada pergelangan tangan, sedangkan forehand pada tenis pergelangan tangan harus kokoh.
  3. Transfer Netral (Zero Transfer), transfer ini terjadi apabila penguasaan keterampilan sebelumnya tidak berpengaruh terhadap belajar keterampilan yang baru. Contohnya keterampilan memanah tidak berpengaruh saat belajar renang. 

Terjadinya transfer di pengaruhi oleh pengalaman dengan berbagai lingkungan dan stimulus yang ditimbulkannya, serta sifat dari respon yang ditimbulkan.

Beberapa hal penting mengenai kesamaan stimulus-respon dalam hubungannya dengan terjadinya transfer belajar telah dirangkum Morgan dan King (1966), sebagai berikut:

  1. Belajar yang menghasilkan Respon yang serupa (identik) terhadap stimulus baru, akan menghasilkan transfer positif.
  2. Belajar yang menghasilkan respon baru yang tidak serupa atau berlawanan terhadap stimulasi stimulus yang serupa menghasilkan transfer negatif.
  3. Besarnya transfer baik positif maupun negatif, merupakan fungsi dari keserupaan stimulus. Makin tinggi/besar tingkat keserupaan stimulus antara tugas pertama dengan dan tugas kedua, transfer menjadi semakin besar.
  4. Transfer yang terjadi positif atau negatif sangat tergantung pada keserupaan respon.

Apabila antara tugas pertama dan tugas kedua terjadi stimulus yang serupa tetapi responnya tidak serupa maka akan terjadi transfer negatif, tetapi bila stimulus serupa dan respon juga serupa maka akan terjadi transfer positif. Akan tetapi apabila stimulus tidak serupa dan respon juga tidak serupa maka terjadi transfer netral atau dapat dikatakan tidak terjadi transfer. Dalam keadaan lain apabila stimulus tidak serupa tetapi responnya serupa maka akan terjadi juga transfer positif pengaruh keserupaan stimulus respon terhadap transfer dapat digambarkan dalam bentuk tabel kontingensi sebagai berikut.

Tabel: Pengaruh Keserupaan Stimulus-Respon Terhadap Transfer

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap transfer adalah adalah keadaan emosional dan sikap pelajar/siswa-siswa yang dalam keadaan sangat cemas akan mengalami transfer yang lemah, meskipun sebenarnya dimungkinkan adanya transfer yang sangat positif. Sedangkan pengaruh sikap muncul dalam bentuk kecenderungan siswa maupun mampu membuat respon yang sesuai dalam penguasaan keterampilan gerak yang kompleks.

Selain kedua faktor tersebut masih ada lagi faktor yang berpengaruh terhadap transfer, yaitu perhatian. Oleh karena itu seorang siswa harus belajar memperhatikan karakteristik tugas-tugas yang relevan. pada setiap saat, agar dapat mempermudah terjadinya transfer positif. 

Pengaruh Transfer dalam Belajar Gerak dan Transfer Psikologis 

Pengaruh dari transfer dalam belajar gerak atau keterampilan tertentu dapat terjadi pada saat belajar sesuatu yang baru. Apa yang dipelajari seseorang dan kecepatan pencapaian tergantung dari situasi transfer yang bersifat positif atau negatif.

1. Transfer Bilateral

Transfer dalam belajar gerak juga ada yang disebut transfer bilateral. Pengertiannya dapat digambarkan sebagai berikut misalnya seorang pemain bola basket tingkat pemula akan menyempurnakan keterampilan untuk mendrible bola dengan salah satu tangannya, demikian pula seorang pemain sepak bola ingin meningkatkan kemampuan menembak dengan salah satu kakinya.

Pada kenyataannya keberhasilan dalam melakukan keterampilan tidak diukur dengan kriteria yang menekankan keterampilan dengan kedua tangan atau kedua kaki, tetapi hanya dengan salah satu anggota badan yang paling sesuai untuk setiap siswa. Masalah yang timbul dengan latihan hanya pada salah satu anggota badan saja ialah, bagaimana dengan peningkatan anggota badan yang lainnya? Apakah juga perlu dilatih dengan waktu yang sama dengan anggota tubuh yang lain?

Beberapa prinsip telah diketemukan dari hasil penelitian tentang transfer dalam belajar gerak, misalnya terjadi transfer bilateral dalam belajar gerak. Penelitian mengenai transfer bilateral adalah dengan memberikan latihan kepada salah satu anggota badan, kemudian meneliti pengaruhnya terhadap anggota tubuh yang lain yang tidak dilatih.

Penelitian yang dilakukan oleh Hellebrant dan kawan-kawan (1950) juga oleh Slater dan Hammel (1950) menyimpulkan bahwa latihan yang diberikan kepada salah satu sisi anggota badan sampai dapat memberikan peningkatan kekuatan dan ketahanan terhadap sisi anggota tubuh yang lain, yang tidak dilatih.

Hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa fungsi sistem saraf adalah mekanisme yang menyatakan bahwa sisi tubuh yang tidak dilatih dapat menjadi kuat dan mempunyai daya tahan melalui transfer bilateral.

Pengaruh transfer bilateral tidak hanya terjadi pada latihan kekuatan dan ketahanan saja, tapi juga pada latihan keterampilan gerak. Latihan keterampilan gerak pada salah satu sisi anggota tubuh dapat meningkatkan keterampilan gerak pada sisi anggota tubuh yang lain yang tidak dilatih. Kesimpulan ini telah dikemukakan oleh Thorndike dan kawan-kawan (1928), juga oleh Hellebrandt dan Waterland (1962). Penelitian lain sehubungan dengan transfer bilateral juga telah di lakukan oleh Walter (1955) yang menyimpulkan bahwa hasil transfer bilateral yang tertinggi dapat terjadi melalui latihan dengan pembebanan lebih (overload). Hasil penelitian yang lain oleh Walter (1957) membuktikan bahwa latihan dalam periode waktu yang singkat pendek tidak menghasilkan transfer bilateral. Pembuktian tersebut dilakukan melalui penelitian berbentuk pemberian pemanasan (warm up) dalam waktu yang singkat terhadap tangan kanan, ternyata tidak memberikan pemanasan terhadap tangan kiri untuk melakukan gerakan keterampilan. 

Beberapa penelitian mengenai waktu reaksi, waktu gerak, dan koordinasi dalam hubungannya dengan transfer adalah sebagai berikut:

  • Fairclough (1952) melaporkan bahwa peningkat kecepatan gerak tangan, berpengaruh terhadap kecepatan gerak kaki. Perbaikan waktu reaksi lebih mudah terjadi transfer di banding dengan perbaikan waktu gerak.
  • Hopper (1962) melaporkan bahwa latihan koordinasi mata tangan dan latihan koordinasi mata kaki pada satu sisi tubuh menghasilkan transfer pada sisi tubuh lainnya. Tetapi latihan koordinasi mata tangan menghasilkan pengaruh transfer negatif pada koordinasi mata kaki.

2. Transfer Faktor-Faktor Psikologis 

Fenomena transfer tidak terbatas pada keterampilan verbal dan keterampilan gerak tetapi aspek-aspek psikologis misalnya sikap (attitude), pengharapan (expectance), angan-angan (ideals), prasangka, alasan atas motif merupakan subjek transfer.

Seseorang yang telah mengalami keberhasilan di masa lampau yang lampau mengharapkan keberhasilannya lagi di masa yang akan datang. Sebaliknya bila seseorang memperoleh pengalaman yang tidak menyenangkan dalam mengikuti kegiatan olahraga, maka dia akan merasa tidak senang untuk mengikuti kegiatan olahraga berikutnya. Sikap terhadap kegiatan, metode yang digunakan dalam mengajar, cara penyesuaian diri, semuanya mengalami transfer dari suatu subjek ke subjek lain dan dari situasi satu situasi ke situasi yang lain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa transfer terjadi pada hidup seseorang.

Dalam kegiatan olahraga, motif dapat ditimbulkan melalui transfer atau pengalaman latihan atau partisipasi dalam kegiatan yang lampau. Siswa akan selalu siap belajar dengan kemauan yang besar bila pengalaman lampau, menjadikan dirinya mampu melihat situasi dan memahami manfaat keterampilan dan tujuan yang berharga bagi dirinya untuk dipelajari.

Pengembangan dari sifat-sifat tertentu secara psikologis menunjukkan adanya suatu jenis belajar yang dapat menjangkau pengaruh-pengaruh yang hendak dicapai lebih jauh. Beberapa karakteristik yang perlu dikembangkan, misalnya kebiasaan dan sikap yang berhubungan dengan salah satu kegiatan telah banyak dibuktikan untuk membantu kegiatan-kegiatan lain yang lebih luas. Apabila kebiasaan tertib dan rapi diajarkan kepada anak-anak sebagai prinsip-prinsip umum, kebiasaan-kebiasaan tersebut dapat diterapkan untuk semua bidang dalam program sekolah. Pengamatan secara umum memperkuat pernyataan bahwa siswa yang selalu menunjukkan kebiasaan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik dalam kegiatan-kegiatan di sekolah, maka hal tersebut akan menunjang kegiatan selanjutnya di masa yang akan datang. Anak-anak yang memiliki sifat dan kebiasaan baik tersebut biasanya memiliki penampilan dan kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan teman-teman sebayanya, dan lebih banyak memperoleh keberhasilan dalam mencapai tujuannya.

Pelatih olahraga mempercayai bahwa kebiasaan untuk berlatih keras dan tekun untuk meningkatkan prestasi dalam olahraga tertentu, akan dapat menjadi kebiasaan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula sifat seperti daya saing, kemauan keras dan menahan rasa sakit atau cidera kecil dalam olahraga hal ini akan menjadi kebiasaan perilaku.

Pertimbangan Agar Terjadi Transfer Positif

Transfer positif merupakan proses yang menguntungkan untuk mencapai prestasi yang baik. Oleh karena itu perencanaan pengajaran harus dilakukan sebaik-baiknya agar dan positif dapat terjadi.

Transfer bukan merupakan materi pelajaran yang harus diajarkan, melainkan merupakan suatu kondisi yang harus diciptakan agar materi yang telah dikuasai oleh siswa dapat memberikan kemudahan untuk mempelajari hal-hal yang baru, dalam situasi yang baru atau situasi yang lain. Hal ini dapat dicapai melalui strategi pengajaran yang benar.

Ada beberapa petunjuk guru dalam merancang merencanakan pengajaran yaitu:

  • diciptakan kondisi mengajar yang serupa dengan kondisi testing yang akan dilakukan.
  • siswa harus diberikan pengalaman yang sesuai dengan hakikat tugasnya.
  • guru harus memberikan berbagai contoh dan apabila mengajarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip.
  • guru harus mengidentifikasi dan memberikan penekanan pada hal-hal penting tentang tugas yang diberikan kepada siswa.
  • guru harus meyakini bahwa prinsip-prinsip umum telah dimengerti atau dipahami oleh siswa sebelum mengharapkan terjadinya transfer yang lebih besar.
Sumber: Perkembangan dan Belajar Motorik  (Dr. Sugiyanto, dkk)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Transfer Dalam Belajar Gerak "

Post a Comment