Faktor Pelajar (Siswa/Peserta Didik) dalam Keberhasilan Belajar Gerak

Faktor Pelajar dalam Belajar Gerak 

Setiap individu memiliki kualitas diri dan sifat-sifat yang berbeda satu sama lain. Kenyataan ini membawa konsekuensi bahwa setiap individu memiliki potensi yang berbeda-beda untuk berhasil di dalam mempelajari keterampilan gerak tertentu. Namun sebenarnya bahwa pencapaian prestasi gerak belajar bukan hanya dipengaruhi oleh sifat bawaan seperti tersebut diatas, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Pengalaman dalam hubungannya dengan lingkungan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif akan menunjang proses belajar dan pada gilirannya akan menentukan tingkat prestasi. Dengan demikian jelas bahwa di dalam proses belajar bergerak akan ada interaksi antara si pelajar dengan lingkungan.


Faktor pelajar sebagai pelaku dalam belajar merupakan faktor penentu keberhasilan belajar. Dengan kata lain, kondisi atau keadaan yang ada pada diri pelajar merupakan faktor penting yang perlu dipahami oleh guru. Beberapa faktor penting yang akan dibahas ini adalah sebagai berikut: 

  • Penginderaan dan proses perseptual 
  • Perhatian 
  • Ingatan 
  • Pengontrolan gerakan
  • Perbedaan antar individu 

1. Penginderaan dan Proses Perseptual

Penginderaan dan proses perseptual merupakan serangkaian fungsi yang memproses stimulus yang dianggap ditangkap oleh organ indra sampai stimulus tersebut bisa dimengerti. Indra berfungsi menangkap stimulus. Proses perseptual berfungsi mengartikan stimulus. Pengertian yang dihasilkan oleh proses perseptual itu disebut persepsi.

Proses perseptual meliputi tiga macam fungsi di dalam mengartikan stimulus, yaitu: 

  1. Pendeteksian
  2. Pembandingan 
  3. Pengenalan 

Fungsi pendeteksian adalah untuk menentukan apakah telah terjadi stimulus. Fungsi pembandingan adalah untuk menentukan apakah stimulus yang ditangkap berbeda atau sama dengan stimulus yang pernah ada. Sedangkan fungsi pengenalan adalah untuk memahami pola dan sifat dari stimulus yang mengenali stimulus apa yang ditangkap.

Ketiga macam fungsi perseptual tersebut pada dasarnya untuk tujuan mengenali stimulus sehingga bisa menjadi informasi yang bisa dimengerti. Contoh pada seseorang yang melihat bola pingpong, indra penglihatannya menangkap suatu stimulus (mendeteksi bahwa ada sesuatu yang dilihat). Sesuatu yang dilihat itu kemudian dibandingkan dengan pengertian-pengertian yang sudah dimiliki. Apabila orang tersebut sudah tahu atau mengerti tentang bola pingpong, maka ia akan langsung mengenali bahwa apa yang sedang dilihat adalah bola pingpong. Tetapi dalam tetapi apabila dalam perbendaharaan pengetahuannya belum ada pengertian bola pingpong, maka ia hanya bisa mengenali bahwa yang dilihatnya adalah benda kecil yang berbentuk bulat. 

Informasi merupakan faktor penting dalam belajar gerak keterampilan. Informasi ditangkap oleh sistem penginderaan. Sesuai dengan jenis informasi yang diperlukan dalam belajar gerak, sistem penginderaan yang besar peranannya adalah: pelihat, pendengar,propriosepsi, danperaba

Organ indera bertugas menangkap stimulus. Stimulus atau rangsangan yang ditangkap oleh indera belum ditangkap artinya sebelum diproses ke dalam proses perseptual. Arti yang bisa ditangkap itu adalah persepsi. Dari persepsi ini seseorang bisa mengerti isi informasi-informasi dari lingkungannya. 

Di dalam belajar gerak, karena informasi. penting artinya dalam kemungkinannya bisa membuat respon yang benar, maka sistem penginderaan punya fungsi yang penting juga. Bagaimana organ-organ indera berperan di dalam belajar gerak keterampilan digambarkan sebagai berikut.

Mata sebagai organ indera pelihat berperan penting misalnya di dalam memukul bola tenis, memukul bola pingpong, menangkap bola, dan sebagainya. Seseorang akan sulit melakukan gerakan-gerakan tersebut dengan baik tanpa berfungsinya mata. Mata berperan untuk menentukan posisi objek yang harus dipukul dan ditangkap.

Telinga untuk menangkap stimulus suara. Di dalam belajar gerak indera pendengar bisa membantu ketepatan dalam melakukan gerakan mengantisipasi objek tertentu yang menimbulkan suara misalnya pada saat bermain tenis, pemain bisa mengantisipasi bola berdasarkan kerasnya suara saat bola dipukul lawan apabila suara pukulan yang keras bola akan cenderung cepat lajunya. Disini pemain harus memberikan respon yang cepat juga agar bisa memukul bola yang datang. Dalam hal ini fungsi pendengaran bisa membantu fungsi pengelihatan.

Indera kinestetik (kinesthetic sense) yang pengertiannya identik dengan yang disebut propriosepsi, berperan untuk merasakan posisi dan gerak tubuh. Istilah kinestetik kadang-kadang diartikan sama dengan propriosepsi, tetapi sebenarnya ada sedikit perbedaan. Pengertian propriosepsi lebih luas artinya dibandingkan dengan kinestetik kinestetik. Indera kinestetik. termasuk didalam propriosepsi. Propriosepsi mencakup pengindraan kinestetik ditambah dengan persepsi keseimbangan tubuh dimana organ yang berfungsi adalah organ vestibular yang terletak di telinga bagian dalam.

Indera peraba berperan di dalam melakukan gerakan dimana tangan atau bagian-bagian tubuh yang lain ada kontak dengan objek di luar dirinya. Misalnya pada saat seseorang memegang bola untuk kemudian melemparkannya, disini peraba pada bola berpengaruh terhadap ketepatan memegang dan melempar bola. Dalam hal ini seperti di peraba bisa merasakan keras atau lunaknya bola, sehingga dari situ bisa dirasakan seharusnya seberapa erat harus memegang bola.

Keempat fungsi penginderaan tersebut bisa berperan secara bersama-sama di dalam upaya menguasai gerakan keterampilan. Misalnya di bermain tenis, agar bisa memukul dengan baik, pemain harus melihat dengan cermat pada bola. Bolanya cepat atau pelan, berputar atau tidak, dan arahnya kemana, pukulan-pukulan suara pukulan lawan keras atau pelan, kalau keras berarti bola akan datang dengan cepat, pemain mengatur pegangan pada raket, indera peraba bisa merasakan pegangan pada raket sudah cukup kuat atau belum. Kemudian proprioseptor merasakan posisi dan gerakan tubuh serta keseimbangan, apakah sudah benar atau belum untuk memukul bola sesuai dengan keadaan bola yang dihadapi. Contoh ini bisa menggambarkan bahwa apabila organ-organ indera tersebut berfungsi dengan baik maka akan bisa dihasilkan gerakan yang baik pula.

2. Perhatian

Perhatian bisa diartikan sebagai kesengajaan mengarahkan pikiran terhadap sesuatu. Perhatian merupakan awal dari proses memahami sesuatu. Perhatian baik bisa mempermudah terjadinya pemahaman yang baik. Sedangkan pemahaman yang baik bisa menunjang kemungkinan bagi seseorang melakukan suatu yang dengan baik. Misalnya pada saat bermain tenis meja, pemain hendaknya mengarahkan perhatiannya pada bola yang dimainkan dan teknik pukulan lawan. Dengan memperhatikan teknik pukulan lawan dan bola, ia menjadi bisa memahami sifat jalannya bola. Dengan memahami sifat jalannya bola, memberikan kemungkinan mengambil keputusan untuk menggunakan teknik pukulan tertentu agar bola bisa dikembalikan. Dalam proses belajar-mengajar, perhatian pelajar terhadap materi pelajaran perlu ditimbulkan; dan setelah ada perhatian, maka perhatian itu perlu dijaga agar bisa bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama. Kemampuan memusatkan perhatian ada batasnya. Makin lama proses belajar mengajar berlangsung, kemampuan memusatkan perhatian akan semakin menurun. Untuk menimbulkan dan memelihara perhatian. Ada berapa cara yang bisa ditempuh, seperti dalam penjelasan berikut.

a. Menimbulkan Perhatian 

Perhatian bisa timbul karena ada dorongan dari dalam diri belajar sendiri, dan bisa karena ada dorongan dari luar dirinya. Dorongan dari dalam diri sendiri biasanya berbentuk minat yang besar terhadap objeknya. yaitu minat untuk mengetahuinya. Sedangkan dorongan dari luar bisa berbentuk isyarat-isyarat yang bisa menarik perhatian.

Untuk menimbulkan minat yang besar terhadap materi pelajaran materi pelajaran, hendaknya yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan belajar, atau menyajikan materi pelajaran dengan cara-cara menarik.

Mengenai isyarat-isyarat yang bisa menarik perhatian pelajar, adalah beberapa macam yaitu:

  1. Isyarat yang bisa dilihat (isyarat visual), misalnya berupa gerakan tangan. Contohnya guru menunjuk objek tertentu agar pelajar mengarahkan perhatian ke arah objek tersebut.
  2. Isyarat yang bisa didengar (isyarat verbal), misalnya berupa komando. Contohnya adalah guru mengatakan "coba perhatikan" untuk mengarahkan agar belajar memperhatikan.
  3. Isyarat yang bisa dirasakan oleh indera peraba (isyarat taktil). Misalnya berupa sentuhan pada tubuh. Contohnya adalah guru mencolek punggung pelajar yang membelakanginya agar berpaling melihat contoh yang diberikan.

Perhatian pada dasarnya merupakan kesiapan untuk menerima informasi atau persiapan untuk berbuat sesuatu. Agar tingkat perhatian bisa dioptimalkan sebelum menyampaikan informasi atau komando untuk berbuat sesuatu, perlu diberikan aba-aba peringatan. Misalnya memberikan penjelasan guru berkata "cobalah perhatikan". Contoh yang lain yaitu pada aba-aba lari, setelah aba-aba "bersedia", aba-aba "siap" merupakan aba peringatan, sebelum akhirnya aba-aba "ya" sebagai aba untuk berlari. 

b. Memelihara Perhatian 

Memelihara agar perhatian bisa bertahan dalam waktu yang relatif lama, bukan merupakan hal yang mudah, apalagi anak-anak. Anak-anak lebih sulit memusatkan perhatian dalam jangka waktu lama. Apabila dibandingkan dengan orang dewasa.

Aktivitas yang di lakukan dalam jangka waktu yang lama akan diikuti dengan penurunan tingkat perhatian. Ada beberapa teori mengenai penurunan tingkat perhatian. Donald Broodbent (1958) mengemukakan tiga teori tentang penurunan perhatian. Teori ini disebut "Theories of Vigilance Decreament". Teorinya adalah sebagai berikut.

  1. Terjadinya penurunan akan hilangnya perhatian disebabkan oleh kondisi yang menonton.
  2. Kemampuan berbuat menjadi tidak baik apabila perhatian harus dipertahankan dalam kondisi dimana stimulus yang diberikan terlalu jarang atau pada kondisi tingkat keaktifan yang rendah.
  3. Informasi yang bisa ditangkap oleh indera tidak selalu semuanya bisa dimengerti yang bisa dimengerti; hanya informasi yang sampai pada sistem perseptual. 

Berdasarkan teori tersebut, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh guru agar tujuan belajar bisa dicapai, yaitu sebagai berikut

  1. Guru hendaknya menyiapkan atau menciptakan situasi dan kondisi yang bervariasi.
  2. Keaktifan belajar diatur sedemikian rupa agar tidak banyak diam atau menganggur.
  3. Di dalam menyampaikan informasi atau menjelaskan sesuatu hendaknya ada penekanan pada bagian-bagian tertentu yang pokok atau yang penting. 

Selain beberapa hal tersebut, ada beberapa hal lain yang bisa disarankan untuk dilakukan guru khususnya dalam kegiatan memperhatikan gerakan di dalam belajar gerak, yaitu sebagai berikut:

  1. Pada saat pelajar belum memperoleh giliran memperhatikan gerakan, belajar diarahkan atau diberikan instruksi agar mengamati temannya yang sedang memperoleh giliran, dan berpikir tentang apa yang harus dilakukan apabila gilirannya tiba.
  2. Secara berkala guru mengucapkan kata-kata yang bisa membangkitkan semangat, dan memberi instruksi tertentu dalam hal-hal yang memerlukan perhatian khusus. 
  3. Guru memberitahu pelajar tentang hasil yang dicapainya. Hal ini sesuai dengan prinsip bahwa efisiensi perbuatan dan atau gerakan bisa diperhatikan dalam waktu yang lebih lama apabila pelakunya tahu tentang hasil yang bisa dicapai.
  4. Setiap macam kegiatan hendaknya tidak dilakukan dalam waktu yang terlalu lama. Karena apabila satu macam kegiatan dilakukan dalam waktu yang terlalu lama, pelajar menjadi jemu. Akibatnya perhatian menjadi menurun.

3. Ingatan 

Ingatan (memory) merupakan unsur penting di dalam pemrosesan informasi agar supaya bisa menghasilkan respon yang benar. Misalnya agar bisa memukul bola dengan baik pada saat bermain tenis, maka pelajar harus bisa mengingat bagaimana caranya memukul bola dengan baik.

Kemampuan mengingat sesuatu yang pernah dialami atau dilakukan pada setiap individu adalah berbeda-beda. Ada yang mudah mengingat dan bisa mengingat dalam jangka waktu lama, dan ada yang sulit mengingat dan mudah lupa. Hal ini tergantung pada kualitas fungsi memori. Kualitas fungsi memori juga berkaitan dengan banyaknya informasi yang bisa diingat. Dalam hal ini ada individu yang mampu mengingat banyak hal, dan ada yang hanya mampu mengingat sedikit.

Kemampuan mengingat sesuatu dipengaruhi oleh bagaimana seseorang memperlakukan informasi yang diterima. Apakah informasi diproses secara mendalam atau tidak. Apabila seseorang hanya memperhatikan sifat luarnya dari informasi, misalnya kalau informasi itu berbentuk kalimat kemudian hanya diperhatikan bunyi kalimatnya saja tanpa berusaha mendalami maknanya, maka informasi itu akan mudah terlupakan. Sedangkan apabila informasi yang diterima diperhatikan benar, mengenai arti dan maknanya, informasi tersebut cenderung bisa diingat dalam jangka waktu yang relatif lebih lama.

Mengenai struktur ingatan Atkinson dan Shiffrin (1968) mengatakan bahwa di dalamnya ada tiga komponen yang membentuknya, yaitu terdiri dari:

a) penyimpanan penginderaan sensoris (sensory storage

b) penyimpanan jangka pendek (short-term storage) dan

c) penyimpanan jangka panjang (long-term storage)

Ketiga komponen tersebut merupakan suatu kontinum mulai dari masuknya informasi sampai jangka waktu tertentu informasi itu bisa diingat. 

Mengenai penyimpanan jangka pendek di dalam ingatan, Peterson dan Peterson (1959) yang kemudian juga disetujui oleh Adam dan Dijkstra, mengatakan bahwa informasi bisa disimpan dalam waktu antara 20 sampai 30 detik. Sesudahnya informasi akan terlupakan. Tetapi apabila informasi itu sebelum hilang dari ingatan sudah di bayangkan kembali dalam beberapa saat, maka informasi itu bisa disimpan dalam sistem penyimpanan jangka panjang. Batas waktu penyimpanan jangka panjang bersifat tak terbatas. Ketakterbatasan ini terjadi apabila sebelum informasi hilang dari penyimpanan jangka panjang sudah di bayangkan kembali. Tetapi apabila tidak ada usaha untuk membayangkan kembali, lama-kelamaan akan hilang pada saat hilang. Itulah seorang menjadi lupa akan informasi yang pernah diterima. Di dalam belajar gerak dikenal ada dua macam ingatan yaitu:

1) Ingatkan gerak (motor memory

2) Ingatan kata-kata (verbal memory)

Ingatan gerak berkaitan dengan informasi kinestetik atau informasi tentang rasa gerak pada posisi dan posisi tubuh. Ingatan gerak berfungsi untuk mengingat gerakan dan posisi tubuh yang pernah dilakukan. Ingatan kata-kata berkaitan dengan informasi yang berbentuk kata-kata atau pengertian-pengertian.

Ingatan gerak sangat berperan di dalam upaya menguasai gerakan gerakan keterampilan. Karena pada dasarnya gerakan keterampilan merupakan serangkaian gerakan dimana untuk menguasainya memerlukan praktik berulang-ulang, maka pada apa yang pernah dilakukan perlu untuk diingat agar bisa melakukannya kembali.

4. Pengontrolan Gerakan

Pengontrolan gerakan tergantung pada struktur dan fungsi sistem saraf otot (neuro-muscular system). Didalam struktur umum sistem saraf otot, komponen yang paling dasar adalah neuron atau sel saraf. Sel-sel saraf berfungsi menerima dan mengirimkan informasi ke seluruh sistem saraf otot.

Neuron bisa diklasifikasikan berdasarkan fungsinya untuk mengirim dan menerima informasi dari dan ke sistem saraf pusat (SSP) yaitu otak dan tali tulang belakang (spinal cord). Neuron yang mengirim saraf ke SSP tersebut sensori neuron. Sensori neuron menerima informasi dari berbagai sensoris reseptor.

Informasi dari SSP dikirim ke otot-otot melalui motor neuron dan sel-sel saraf gerak. Motor neuron mengantarkan informasi untuk mengontrol kontraksi otot-otot tubuh dengan kecepatan antara 10 sampai 50 m/detik. Kontraksi otot-otot tubuh inilah yang menghasilkan gerakan tubuh.

Sistem saraf pusat merupakan pusat komando terhadap perilaku. Sistem ini terdiri dari dua komponen penting yaitu otot dan tali tulang belakang (spinal cord). Kedua komponen tersebut merupakan basis sistem kontrol yang menjadi pusat aktivitas dalam mengintegrasikan dan mengorganisasi informasi sensori dan informasi gerak dalam pengontrolan gerakan.

Di dalam otak ada tiga bagian penting yang secara langsung berperan di dalam pengontrolan gerakan, yaitu 1) cerebral cortex, 2) cerebellum dan 3) Brainstem. Cerebral cortex memerankan fungsi yang kompleks dan komprehensif, yaitu menerima dan menginterpretasi isyarat yang masuk, mengirim syarat yang telah diinterpretasi ke bagian tubuh tertentu melalui saraf, dan juga menyimpan serta mengorganisasi informasi. Cerebellum memerankan fungsi yang ada hubungannya dengan keseimbangan, penyesuaian postural, gerakan berpindah, dan aktivitas refleks. Brainstem atau batang otak berfungsi sebagai jembatan antara fungsi cortex dengan tali tulang belakang, dan merupakan agen atau perantara dan dalam pengaturan proses-proses internal yang vital, yaitu antara lain pernapasan dan denyut tanda jantung. Fungsi lainnya adalah sebagai pengintegrasi antara impuls-impuls sensori dengan impuls impuls gerak. Fungsi-fungsi tersebut diperankan oleh bagian-bagian tertentu dari batang otak.

Tali tulang belakang bisa diibaratkan sebagai kabel penghubung antara kabel telepon dari rumah-rumah dengan stasiun pusat penerimaan dan transmisi. Dengan pengandaian ini bisa digambarkan bahwa tali tulang belakang merupakan kumpulan dari serabut-serabut saraf yang jumlahnya jutaan yang berasal dari berbagai bagian tubuh, yang kemudian membentuk jaringan yang lebih besar menuju ke otak separuh dari jaringan yang terbentuk itu berfungsi menyampaikan informasi dari bagian-bagian tubuh ke otak. Separuh yang lain berfungsi menyampaikan informasi dari otak ke bagian-bagian tubuh tertentu. Dalam mekanisme koordinasi fungsi-fungsi tersebut itulah pengontrolan gerak yang dilakukan secara sadar terjadi dalam tubuh.

5. Perbedaan Antar Individu 

Setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda untuk mempelajari gerakan keterampilan. Perbedaan kemampuan terjadi terutama kualitas fisik yang berbeda-beda. Perbedaan kualitas fisik terjadi karena pengalaman setiap orang berbeda-beda. Misalnya setiap orang tidak ada yang makan makanan yang sama, tidak ada yang melakukan aktivitas dengan kondisi yang sama, tidak ada yang beristirahat dengan kondisi yang sama, tidak ada yang mengalami sakit dengan derajat yang sama, dan sebagainya. Kondisi yang unik pada setiap orang mengakibatkan terjadinya kemampuan yang berbeda-beda pada setiap orang.

Perbedaan antar individu bukan hanya yang berkaitan dengan aspek fisik, tetapi juga dalam aspek psikologis. Tidak ada satupun manusia yang mempunyai watak atau sifat kepribadian dan tingkat kecerdasan yang sama dengan orang lain, termasuk anak kembar sekalipun. Yang ada hanya berupa kemiripan kemiripan dan bukan sama persis satu sama lain. Dengan kenyataan bahwa tidak seorangpun yang sama satu sama lain baik dalam aspek fisik maupun aspek psikologis, maka pada dasarnya setiap orang memerlukan perlakuan yang berbeda-beda di dalam proses belajarnya agar masing-masing bisa mencapai hasil yang optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. Prinsip ini berlaku juga dalam proses belajar gerak.

Di dalam proses belajar gerak olahraga di sekolah, dimana pada umumnya seorang guru harus mengajar siswa yang jumlahnya kadang-kadang mencapai 40 orang bahkan bisa lebih, tentunya tidak memungkinkan bagi guru untuk memberikan perlakuan kepada setiap siswa dengan program yang berbeda-beda. Pada umumnya, dalam kondisi seperti itu guru memberikan perlakuan atau kondisi belajar berdasarkan tingkat kemampuan rata-rata para pelajar. Pemberian perlakuan yang sama berdasarkan kemampuan rata-rata tersebut tentunya bisa merugikan perkembangan bagi yang kemampuannya di atas rata-rata atau yang di bawah rata-rata. Bagi yang kemampuannya di atas rata-rata materi pelajaran yang diberikan kurang memberikan beban atau tantangan untuk mencapai prestasi yang lebih baik atau yang sesuai dengan kemungkinan prestasi yang sebenarnya bisa dicapai. Sedangkan bagi yang kemampuannya di bawah rata-rata materi belajar yang diberikan bisa terasa berat sehingga menjadi sulit untuk dikuasai atau sulit untuk mencapai kemajuan.

Untuk mengatasi keadaan seperti digambarkan diatas, pembentukan kelompok-kelompok berdasarkan tingkat kemampuannya perlu dilakukan dengan cara ini setiap kelompok bisa diberi beban belajar yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuan rata-rata masing-masing kelompok. Walaupun di sini tetap menggunakan kemampuan rata-rata kelompok, namun karena jumlahnya semakin sedikit, maka kondisinya sudah lebih homogen dibanding kondisi kelasnya.

Perlakuan secara individual harus dilakukan untuk tujuan yang khusus. Misalnya untuk atlet tingkat tinggi seperti atlet atlet nasional yang diharapkan mencapai prestasi taraf internasional, perlakuan secara individu diperlukan. Untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya, keunikan setiap atlet perlu memperoleh penanganan secara cermat. Penanganan secara individu ini bukan hanya perlu dilakukan oleh atlet cabang olahraga yang bersifat perorangan, tetapi juga diperlukan oleh atlet cabang olahraga beregu, pada cabang olahraga beregu penanganan secara individu diperlukan dalam gerakan individual, dan penguasaan teknik-teknik tertentu sesuai dengan kekhususan tugas dalam regu.

Agar bisa mencapai prestasi yang setinggi-tingginya, pembinaan yang baik sangat diperlukan. Namun pada akhirnya yang berperan lebih menentukan adalah si atlet sendiri, yaitu besarnya potensi yang dimiliki serta besarnya motivasi atlet untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya.

Sumber: Perkembangan dan Belajar Motorik  (Dr. Sugiyanto, dkk)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Faktor Pelajar (Siswa/Peserta Didik) dalam Keberhasilan Belajar Gerak "

Post a Comment