Fase-fase Belajar Gerak

Proses Belajar Gerak

Belajar gerak merupakan sebagian dari belajar secara umum. Sebagai bagian dari belajar, belajar gerak mempunyai tujuan tertentu. Tujuannya adalah menguasai berbagai keterampilan gerak dan mengembangkannya agar keterampilan gerak yang dikuasai bisa dilakukan untuk menyelesaikan tugas-tugas gerak untuk mencapai sasaran tertentu. 


Misalnya dalam belajar gerak keolahragaan, pelajar berusaha menguasai keterampilan gerak yang sesuai dengan macam cabang olahraganya, dan kemudian memanfaatkannya agar keterampilan gerak tersebut bisa diterapkan dalam bermain, berlomba atau bertanding olahraga. 
Di dalam berusaha menguasai keterampilan gerak diperlukan suatu proses belajar yaitu proses belajar gerak. Proses belajar gerak pada hakekatnya berbeda dengan proses belajar yang lain. Proses belajar gerak berbeda dengan proses belajar kognitif dan proses belajar afektif. Perbedaan yang ada bersumber dari aspek-aspek yang dominan keterlibatannya di dalam proses belajarnya. Yang dominan keterlibatannya di dalam proses belajar gerak adalah aspek fisik dan psikomotor. Yang dominan keterlibatannya dalam belajar kognitif adalah aspek pikir, sedangkan yang dominan keterlibatannya dalam belajar afektif adalah aspek emosi dan perasaan. Dengan kata dominan di sini dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa disitu ada keterlibatan yang lebih intensif dari salah satu aspek fungsi dari dalam diri pelajar, sementara aspek fungsi yang lain juga terlibat namun dengan intensitas yang lebih rendah. Dengan kata lain bahwa dalam ketiga macam belajar yang disebutkan diatas semua aspek fungsi yang akan yang ada pada diri pelajar terlibat di dalam proses belajar, namun intensitasnya berbeda-beda. Di dalam belajar gerak aspek fisik dan psikomotor terlibat lebih besar dibandingkan aspek pikir serta aspek emosi dan perasaan.
Dengan adanya salah satu aspek fungsi yang lebih dominan keterlibatan dalam setiap macam belajar tersebut diatas, mengakibatkan adanya perbedaan perbedaan dalam hal apa yang terjadi dalam diri pelajar selama proses belajar berlangsung. Apa yang terjadi dalam diri pelajar dan apa yang harus diperbuatnya selama proses belajar gerak berbeda dengan apa yang terjadi dalam belajar dan apa yang harus diperbuat dalam proses belajar kognitif atau belajar efektif. 
Mengenai proses belajar gerak ini akan dibahas dalam kaitanya dengan apa yang terjadi pada diri pelajar apa yang diperbuat oleh pelajar serta tingkat penguasaan yang dicapai pada setiap tahapan atau fase belajar. Mengenai hal ini ada beberapa ahli yang telah berusaha mengemukakan teorinya. Antara lain ialah Paul Fitts dan Posner, kemudian juga Adam. Teori yang dikemukakan Fitts dan Posner maupun yang dikemukakan oleh Adam bisa menjelaskan fenomena belajar gerak. Dengan pembahasan mereka yang agak berbeda justru bisa digunakan semuanya dan saling melengkapi. Fitts dan Posner di dalam menjelaskan tahap atau fase belajar gerak lebih menekankan pada tingkat penguasaan belajar, sedangkan Adam lebih menekankan pada bentuk perilaku pelajar. Walaupun demikian dasar pikirnya sama. Teori yang mereka kemukakan adalah sebagai berikut.

Fase Belajar Gerak Menurut Fitts dan Posner 

Fitts dan Posner mengemukakan bahwa proses belajar gerak keterampilan terjadi dalam tiga fase yaitu:
  1. Fase Kognitif 
  2. Fase Asosiatif 
  3. Fase Otonom 
Penjelasan mengenai setiap fase belajar tersebut adalah sebagai berikut.

1. Fase Kognitif 

Fase kognitif merupakan fase awal dalam belajar gerak keterampilan. Fase awal ini disebut fase kognitif, karena perkembangan yang menonjol terjadi pada diri pelajar adalah belajar menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari, sedangkan penguasaan gerak sendiri masih belum baik karena masih dalam taraf mencoba-coba. 
Pada fase kognitif, proses belajar diawali dengan aktif berpikir tentang gerakan yang dipelajari. Pelajar berusaha menguasai dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan kepadanya. Informasi bisa bersifat verbal atau bersifat visual. Informasi verbal adalah informasi yang berbentuk penjelasan dengan menggunakan kata-kata. Disini indra pendengar aktif berfungsi. Informasi visual adalah informasi yang dapat dilihat. Informasi ini bisa berbentuk contoh gerakan atau gambar gerakan. Disini indra penglihatan aktif berfungsi. Informasi yang ditangkap oleh indra kemudian diproses dalam mekanisme perseptual. Mekanisme perseptual berfungsi untuk menangkap makna informasi.Dari fungsi ini pelajar bisa memperoleh gambaran tentang gerakan yang dipelajari.
Setelah memperoleh gambaran tentang gerakan, maka gambaran tersebut diproses lagi ke dalam mekanisme pengambilan keputusan. Dalam mekanisme ini pelajar mengambil keputusan apa yang akan diperbuat. Apakah ia akan melakukannya atau tidak. Misalnya apabila gerak yang diketahui itu ternyata sulit atau dirasa membahayakan dirinya, bisa jadi pelajar tidak ingin melakukan gerakannya karena takut, dan memutuskan untuk tidak melakukannya atau menolak untuk melakukannya. Tetapi sebaliknya, bila dari informasi tentang gerakan pelajar merasa bisa atau berani melakukannya, maka ia memutuskan untuk mencoba melakukannya. Keputusan ini kemudian diwujudkan dalam bentuk rencana gerak. Selanjutnya rencana gerak di proses dalam mekanisme pengerjaan. Dalam mekanisme pengerjaan terjadi pengorganisasian respon untuk dikirim sebagai komando gerak ke sistem muskular yang untuk diwujudkan menjadi gerakan tubuh. Berdasarkan komando gerak tersebut terwujudlah gerakan-gerakan. Melalui proses semacam itulah belajar mencoba melakukan atau mempraktikkan gerakan yang dipelajari dengan mempraktikkan berulang-ulang gerakan demi gerakan, penguasaan keterampilan melakukan gerakan menjadi meningkat. Pada fase kognitif pelajar belum bisa melakukan gerakan-gerakan dengan baik. Setelah mempraktikkan berulang-ulang dan kemampuan melakukan gerakan-gerakan sudah menjadi lancar dan baik, maka pelajar berarti sudah meningkat memasuki fase belajar selanjutnya yaitu memasuki fase asosiatif. 

2. Fase Asosiatif 

Fase Asosiatif disebut juga fase menengah. Fase ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerak dimana pelajar sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. Dengan tetap mempraktikkan berulang-ulang pelaksanaan gerakan akan semakin efisien, lancar sesuai dengan keinginannya, dan kesalahan gerakan semakin berkurang.
Untuk meningkatkan penguasaan dan kebenaran gerakan, pelajar perlu tahu kesalahan yang masih diperbuatnya. Ia bisa tahu kesalahan yang diperbuatnya melalui pemberitahuan orang lain yang mengamatinya, merasakan gerakan yang dilakukan, atau melihat gambar rekaman pelaksanaan gerakan. Dari ketahuannya tentang kesalahan gerakan yang dilakukan pelajar perlu mengarahkan perhatiannya untuk membetulkan selama selama mempraktikkan berulang-ulang. Kemampuan untuk mengenali kesalahan gerakan sangat diperlukan untuk peningkatan penguasaan gerak. Untuk meningkatkan penguasaan gerak diperlukan kesempatan yang lebih leluasa untuk praktik berulang-ulang.
Pada fase asosiatif ini merangkaikan bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian gerakan secara terpadu merupakan unsur penting untuk menguasai berbagai gerakan keterampilan. Setelah rangkaian rangkaian gerakan bisa dilakukan dengan baik maka pelajar segera bisa dikatakan memasuki fase belajar yang disebut fase otonom.

3. Fase Otonom 

Fase otonom bisa dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Fase ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana pelajar mampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis. Fase ini dikatakan sebagai fase otonom karena pelajar mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan itu pelajar harus memperhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukannya. Hal ini bisa terjadi karena gerakannya sendiri sudah bisa dilakukan secara otomatis. Contoh dari pencapaian fase otonom, misalnya pada anak yang belajar naik sepeda. Setelah mencapai fase otonom ia mampu mengendarai sepeda dan tidak jatuh walaupun dilakukannya sambil menengok ke kanan atau ke kiri memperhatikan pemandangan di sekelilingnya. Ia tidak lagi harus memikirkan bagaimana gerakan mengayuh atau bagaimana pegangan tangan agar keseimbangannya terjaga. Contoh lain misalnya pada pemain voli yang sudah mahir. Ia bisa melakukan smash tanpa memikirkan bagaimana gerakan langkah awalan atau bagaimana meloncat agar bisa memukul bola. Ia bisa melakukan smash sambil memperhatikan sasaran kemana bola harus dipukul agar tidak bisa dikembalikan oleh lawan. 
Untuk mencapai fase otonom diperlukan praktik berulang-ulang secara teratur setelah dicapai fase otonom kelancaran dan kebenaran masih dapat ditingkatkan namun peningkatannya tidak lagi secepat pada fase-fase belajar sebelumnya. Pada fase ini dimana gerakan sudah menjadi otomatis, untuk mengubah bentuk gerakan cukup sulit untuk mengubahnya perlu ketekunan.
Mengingat menjadi sulitnya mengubah bentuk gerakan setelah gerakan menjadi otomatis, maka pembetulan gerakan harus dilakukan pada fase belajar sebelumnya. Sejak awal pelajar harus sudah harus diarahkan melakukan gerakan-gerakan yang benar secara mekanik, agar setelah mencapai fase otonom gerakannya benar dan efisien. 

Perlu dijelaskan bahwa gerakan otomatis tidak sama dengan gerakan yang efisien atau gerakan yang terampil. Gerakan yang otomatis belum tentu efisien.. Gerakan yang sudah yang salah secara mekanis pun dapat menjadi otomatis. Apabila terus dilakukan berulang-ulang. Sedangkan gerakan yang benar dan dilakukan secara otomatis akan menjadi gerakan yang efisien.
Fase Belajar Gerak Menurut Adam 

Di dalam membahas tentang fase belajar gerak keterampilan Adam melihatnya dari segi bentuk perilaku yang terjadi pada diri pelajar. Adam berpendapat bahwa proses belajar gerak keterampilan terjadi dalam dua fase yaitu:
  1. Fase Gerak-Verbal
  2. Fase Gerak 
Apa yang dimaksud dengan kedua fase belajar tersebut adalah sebagai berikut.

1. Fase Gerak-Verbal

Fase gerak-verbal adalah fase belajar gerak di mana gerakan yang dipelajari masih berada pada pikiran pelajar. Pelajar membayangkan dalam pikirannya mengenai gerakan keterampilan yang dipelajari. Memikirkan gerakan berarti merangkai gerakan dalam bentuk kata-kata. Misalnya di dalam mempelajari gerakan mengguling kedepan senam lantai, pelajar membayangkan sikap awal berdiri tegak dengan kedua kaki rapat. Gerakannya diawali dengan membungkukkan badan kemudian kedua tangan menumpu pada matras, dengan jarak selebar bahu dan seterusnya. Dengan menggunakan rangkaian kata-kata itulah sebenarnya proses berpikir tentang gerakan bisa dilakukan. Gerakan yang dipikirkan itu kemudian diwujudkan dalam gerakan tubuh secara nyata. Pelajar berusaha melakukan gerakan sesuai dengan yang dipikirkannya. Aktivitas gerak tubuh masih dipengaruhi oleh aktivitas berpikir. Pada fase ini, saat berusaha menguasai gerakan pikirannya masih tertuju pada memikirkan gerakan apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya.dengan benar.  Gerakannya belum bisa dilakukan dengan benar dan lancar, karena itu pelajar harus berpikir mengenai gerakannya itu sendiri. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa pada fase gerak verbal antara aktivitas melakukan gerakan dengan aktivitas berpikir tentang gerakan yang harus dilakukan berlangsung bersama-sama.
Fase gerak-verbal ini apabila dibandingkan dengan fase-fase belajar menurut Pitts and Posner adalah berada pada fase kognitif dan asosiatif. 

2. Fase Gerak 

Fase Gerak merupakan kelanjutan dari fase gerak-verbal. Pada fase gerak ini karena penguasaan gerak nya sudah baik, maka pada saat melakukan gerakan seolah-olah tidak memikirkan lagi gerakan yang sedang dilakukan. Disini seolah-olah antara aktivitas gerak tubuh dengan aktivitas berpikir bisa dipisahkan. Aktivitas berpikir mengenai gerakan hanya sampai pada kesadaran pemberian komando gerak, untuk selanjutnya gerakannya bisa dilakukan secara otomatis tanpa harus memikirkan gerakannya itu sendiri. Dengan kata lain bisa dinyatakan bahwa perilaku gerak tubuh independen atau tidak dipengaruhi oleh aktivitas berpikir pada saat melakukan gerakan.
Fase gerak ini apabila dibandingkan dengan fase-fase belajar menurut Pitts and Posner adalah berada pada fase otonom.
Pembagian fase-fase belajar yang dikemukakan oleh Adam tampaknya lebih realistis untuk menjelaskan fenomena proses belajar gerak. Di dalam belajar gerak, aktivitas berpikir yang dilakukan adalah berpikir tentang gerakan yang dipelajari, untuk kemudian dilakukannya dalam bentuk gerakan nyata. Jadi aktivitas berpikir yang dilakukan oleh pelajar tidak terpisah dalam satu fase tersendiri seperti halnya yang dikemukakan oleh Pitts and Posner. Namun bagaimanapun baik teori yang dikemukakan oleh Pitts and Posner maupun dikemukakan yang dikemukakan oleh Adam keduanya tetap berguna untuk menjelaskan fenomena proses belajar gerak.
Pengetahuan tentang fase-fase belajar gerak sangat berguna di dalam pengajaran pendidikan jasmani dan olahraga, khususnya dalam hal melandasi pemikiran tentang perencanaan program pengajaran, pemilihan strategi mengajar, dan pemilihan kondisi belajar yang perlu disiapkan sesuai dengan fase-fase belajar yang perlu dilalui oleh pelajar, guru perlu memikirkan kondisi belajar apa yang perlu disiapkan dan diciptakan serta bagaimana strateginya untuk menerangkan kondisi belajar yang diciptakan.
Untuk menguasai keterampilan gerak diperlukan suatu proses belajar yaitu proses belajar gerak. Proses belajar gerak berbeda dengan proses belajar kognitif dan juga proses belajar afektif. Perbedaannya adalah fase-fase belajar yang dilalui oleh pelajar.
Pitts and Posner, kemudian juga Adam telah mengemukakan teorinya tentang fase belajar gerak. Pitts and Posner mengatakan bahwa proses belajar gerak terjadi dalam tiga fase yaitu: 1) fase kognitif, 2) fase asosiatif dan 3) fase otonom. Sedangkan Adam mengatakan bahwa proses belajar gerak terjadi dalam dua fase belajar yaitu: 1) fase gerak-verbal dan 2) fase gerak. Kedua teori fase belajar tersebut walaupun pembagiannya berbeda namun sebenarnya menggunakan dasar pemikiran yang sama. Yang berbeda hanyalah dalam hal aspek yang ditekankan dalam pembahasannya. Pitts and Posner lebih menekankan pada tingkat penguasaan pada setiap fase belajar, sedangkan Adam lebih menekankan bentuk perilaku pelajar pada setiap fase belajar.
Sumber: Perkembangan dan Belajar Motorik (Dr. Sugiyanto, dkk)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Fase-fase Belajar Gerak"

Post a Comment