Tes Antropometrik, Tes Kemampuan Fungsional, Tes General Motor Ability, dan Test Motor Educability

Tes dalam bidang keolahragaan mencakup berbagai jenis tes yang akan mengukur berbagai macam aspek di dalam bidang keolahragaan. Mengetahui dan memahami serta mampu melaksanakan tes yang berkaitan dengan masalah keolahragaan adalah amat penting bagi para pengelola dan pelaku olahraga terutama guru olahraga. Dengan demikian mereka mampu menggunakan dan melaksanakan berbagai macam dan jenis teks dalam bidang olahraga. Berdasarkan sejarah karya pengukuran dalam olahraga dapat dibagi dalam 5 tingkat yang disesuaikan dengan langkah perkembangannya, yaitu:
  1. Pengukuran tubuh (antropometrik) 1860 - 1880
  2. Kekuatan (strength) 1880 - 1915
  3. Fungsi jantung (cardiac functonal) 1900 - 1925
  4. Kecakapan olahraga (atletic ability) 1904 - sekarang 
  5. Tes-tes tunggal atau gambar-gambar untuk index 1920 - sekarang 

Sesuai perkembangan perbedaan dasar pengukuran dalam olahraga yang dahulu dan modern terdiri atas perubahan yang khas yaitu:
  1. Para pencipta tes yang modern berusaha agar tesnya memenuhi persyaratan ilmiah yang dapat diterima sedangkan sebagian besar yang dilakukan dalam pengukuran olahraga sebelum 1925 ialah tidak ilmiah.
  2. Program pengukuran modern telah menggunakan varietas yang lebih besar untuk pengukuran pengukuran dalam hubungan dengan seorang atau program yang diberikan. Oleh karena itu telah terjadi peningkatan dalam penggunaannya dan penyelidikan terhadap alat-alat pengukuran seperti tes teknik olahraga, tes pengetahuan dan pendapatnya, skala-skala bernilai untuk mengukur objek-objek program yang lebih mutlak, pengukuran-pengukuran fitness yang dipilih dalam kata-kata seperti penghargaan seluruh kepribadian, dan tes-tes diagnostik (gejala) yang meliputi kecakapan gerakan umumnya dan olahraga. 
Bovard, Cozens dan Hagman membagi dan mengelompokkan bentuk pengukuran dalam 9 kelompok sesuai dengan tujuannya:
  1. Pengukuran Antropometrik 
  2. Tes Kardiovaskuler (pembuluh-pembuluh jantung)
  3. Tes Prestasi Olahraga dan skala pemberian nilai 
  4. Pengelompokan murid-murid
  5. pengukuran keahlian kecakapan umum 
  6. Fitness fisik 
  7. Tes teknik olahraga 
  8. Tes pengetahuan dan penerangan 
  9. Skala-skala Bernilai (rating scale) 
Donald K Mathews membaginya dalam:
  1. Tes kekuatan
  2. Tes kardiovaskuler 
  3. Tes kemampuan bergerak motor ability 
  4. Tes fitness bergerak motor fitness 
  5. Tes ketangkasan skill 
  6. Fungsi efisiensi badan (body mechanics) 
  7. Pengetesan gizi (nutritional) 
  8. Test fitness kemasyarakatan (sosial fitness)
  9. Tes pengetahuan 
Adapun dalam materi ini akan dibahas beberapa tes dalam bidang olahraga yang dibagi dalam empat unit yaitu:
Unit 1: Tes Antropometri 
Unit 2: Tes Kardiovaskuler 
Unit 3: Tes Kesegaran jasmani 
Unit 4: Tes Genderal Motor Ability dan Tes Motor Educability

Unit 1 Tes Antropometrik 
Pengukuran antropometrik bertujuan untuk mengukur status fisik yang telah diperluas sehingga mencakup perkembangan bentuk tubuh dan hubungannya dengan kesehatan, kekebalan satu penyakit, sikap, kemampuan fisik, dan kualitas kepribadian. Berkenaan dengan tes antropometrik ini maka dalam unit ini akan dibahas:
  1. Beberapa pendapat ahli antropometrik mengenai pengelompokan dan pengukuran tipe bentuk tubuh
  2. Bentuk tes-tes antropometri yang berkenaan dengan pengukuran komposisi tubuh. 
Beberapa pendapat para ahli antropometrik mengenai pengelompokan dan pengukuran tipe bentuk tubuh

1. Menurut Hipocrates 
Hipocrates pertama kali mengklasifikasi manusia menjadi dua bentuk tubuh dua bentuk yaitu bentuk tinggi dan kurus atau pendek dan gemuk.

2. Menurut Kretshcmer
Kretshcmer terkenal sebagai Bapak pengukuran bentuk tubuh, mengelompokan manusia atas dasar bentuk tubuhnya menjadi empat tipe yaitu:
Tipe piknis, bentuk tubuh ini memiliki ciri khas yaitu:
  1. badan agak pendek
  2. dada membulat perut besar, bahu tidak lebar 
  3. leher pendek dan kuat 
  4. lengan dan kaki agak lemah 
  5. banyak lemak sehingga otot dan tulang tulangnya tidak nampak nyata tidak nampak nyata 
Tipe leptosom, tipe ini mempunyai ciri-ciri khusus yaitu:
  1. badan langsing kurus 
  2. rongga dada kecil sempit pipih 
  3. lengan dan tungkai kurus 
  4. muka bulat telur 
  5. berat badan relatif kurang 
Tipe Atletis, ciri-ciri khas pada manusia yang bertipe ini yaitu:
  1. tulang tulang dan otot nampak kuat
  2. badan kokoh dan tegap 
  3. tinggi badan cukup 
  4. badan, lebar dan dada besar serta kuat 
  5. muka bulat telur badan lebih pendek dari tipe leptosom 
Tipe diplastis, tipe ini mempunyai merupakan penyimpangan dari ketiga tipe tersebut diatas dan memiliki ciri-ciri khas yang menyimpang dari konstitusi normal.

3. Menurut Sheldon 
Dalam teori Sheldon dapat dikemukakan bahwa struktur jasmani merupakan yang utama berpengaruh terhadap tingkat tingkah laku manusia. Adapun yang menjadi landasan yang mementingkanjasmani beserta pengukuran-pengukurannya ialah keyakinan yang kuat bahwa faktor-faktor keturunan biologis adalah sangat penting dalam melakukan tingkah laku. Sheldon mengklasifikasikan tipe bentuk tubuh manusia terdiri atas:
  1. Tipe Endomorph, yang memiliki ciri yaitu lembut gemuk tinggi badan.
  2. Tipe Mesomorph, tipe ini memiliki ciri utama yang nampak dari luar yaitu kokoh, kuat, otot kelihatan bersegi, tahan sakit, tipe ini umumnya terdapat pada kelompok olahragawan, pengelana dan tentara
  3. Tipe Ectomorph, tipe-tipe ini memiliki ciri yaitu jangkung, dada kecil, dan pipih, lemah otot, hampir tak nampak berkembang. 
Adapun cara penentuan ketiga tipe tersebut menurut metode Samatotype Health Care (Carter and Healt 1990) yang berdasarkan perhitungan perhitungan (lihat gambar 14.3):
  • Skinfold- triceps, subscapular, supaspineale dan calf skinfolds
  • Bone breadths- biepicondylar humerus dan femur breadths
  • aukuran keliling kelenturan lengan (flexed arm) dan keliling betis (calf girths)
  • Besar regangan (stretch stature) 
  • Massa tubuh 
Dengan menggunakan tabel gambar tersebut maka prosedur penentuan adalah sebagai berikut:
Endomeorph
  • Jumlahkan tiga skinfold (triceps, subscapular, supaspineale) 
  • Gunakan faktor skala dimensi untuk menghitung nilai jumlah proporsi ketiga skinfold
  • Lingkari nilai itu pada tabel dan kemudian sesuaikan dengan nilai yang ada pada kolom 
Mesomorph
  • Tandai tinggi Subjek pada skala tinggi dengan anak panah dan kemudian pada baris bawah dari bagian yang diperoleh dari pengukuran .
  • Untuk setiap bone breadth, lingkari pada baris yang cocok maka Itulah nilai pengukuran terdekat
  • Kurangkan triceps skinfold (T) dari keliling biceps dan lipatan kulit betis (calf skinfold) (C) sebelum melingkari pada tanda untuk mencocokkan dengan betis baris yang terdekat dengan nilai yang dihitung (catatan: pilih ukuran skinfold dari milimeter ke centi meter sebelum pengurangan) 
  • Perhatikan hanya baris breadth dan girth saja, hitung jumlah aljabar pada kolom deviasi (D) dari kolom tinggi yang dilingkari, deviasi positif ke kanan, deviasi negatif ke kiri pada kolom tinggi. (lihat contoh hitungan pada gambar 14.15 di mana De == + 9 + (-2) = + 7)
  • Perhatikan pengukuran tinggi subjek, suatu faktor koreksi adalah perlu di mana jika tinggi tidak sama dengan bilangan/angka yang dilingkari. Menurut tabel 4.1 faktor koreksi adalah negatif jika tinggi subjek lebih dari nilai yang diingkari, atau positif jika kurang dari nilai yang dilingkari.
  • Hitung tingkat-tingkat mesomorph menggunakan rumus berikut ini 
Mesomorph = D/8 + K +  4,0 
  • Lingkaran nilai itu kembali ke perhitungan konversi jika perhitungan mengecewakan atau gagal di tengah antara nilai-nilai.
Ectomorph
  • Gunakan monogram pada gambar 14.16 untuk menentukan rasio tinggi atau akar pangkat tiga dari massa tubuh dan kemudian catat nilai ini.
  • Lingkari bilangan ini pada skala kemudian lingkari tingkat nilai yang sesuai pada kolom.
Bentuk Tes-Tes Antropometrik yang Berkenaan dengan Pengukuran Komposisi Tubuh

1. Komposisi Tubuh 
Komposisi tubuh adalah susunan tubuh yang digambarkan sebagai dua komponen yaitu lemak tubuh dan massa tanpa lemak. Sama halnya dengan orang yang sudah dewasa, komposisi ini menjadi begitu penting diketahui pada anak usia sekolah apabila dihubungkan dengan status gizi, prediksi kecenderungan kegemukan di masa yang akan datang maupun keterlibatannya dalam kegiatan jasmani atau cabang olahraga tertentu. 
Komposisi tubuh meliputi dua hal yaitu Indeks Massa Tubuh dan Persentase Lemak Tubuh 

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan kuadrat dalam meter. Indeks massa tubuh merupakan cara untuk menggambarkan badan dalam hubungannya dengan tinggi badan. Indeks massa tubuh dapat digunakan untuk memprediksi status gizi anak usia sekolah yaitu keadaan obesitas.







Tinggi badan adalah satuan jarak yang diukur dari lantai ke kepala, tanpa memakai alas kaki pada posisi berdiri tegak dengan posisi berdiri tegak dengan membelakangi skala ukur. Pengukuran tinggi badan dengan posisi berdiri tegak dilakukan pada usia anak sekolah dengan postur tubuh normal.
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang paling penting paling banyak digunakan untuk menentukan komposisi tubuh seseorang. Berat badan digunakan untuk menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT).

Persentase Lemak Tubuh, yaitu perbandingan antara berat lemak tubuh dan berat badan yang di melalui rumus tertentu berdasarkan pengukuran ketebalan lemak dan menggunakan alat skinfold caliper. 

2. Pengukuran Komposisi Tubuh 
Pengukuran komposisi tubuh dapat dilakukan melalui beberapa teknik tak langsung yaitu:
  • Keseimbangan antara indeks berat dan tinggi
  • Densitometri 
  • Lipatan Kulit (Skinfold) 
Keseimbangan Antara Indeks Berat dan Tinggi
Metode ini telah digunakan bertahun-tahun dalam suatu percobaan untuk menentukan berat ideal seseorang. Yang paling terkenal dari penentuan ini adalah indeks berat tinggi (W/H2), dan indeks Quetelet  dan paling baru adalah Indeks Massa Tubuh (IMT = W/H2),  indeks Khosla-Lowe (W/H2), indeks Benn (W/Hb, dimana b adalah eksponen allometrik) dan indeks berat (ponderal) terbalik (H/W1/3). 
Semua itu memberi suatu ukuran berat dan tidak seharusnya diterangkan sebagai pengertian kegemukan. Selanjutnya pembahasan yang berhubungan dengan indeks ini dapat ditemukan dalam bentuk bukunya Rose dan kawan-kawan (1986).
Metode indeks berat badan dan tinggi telah digunakan oleh ilmuwan dan ahli Klinik di dunia karena alasan sebagai berikut:
  • Validitas Epidemiological memiliki korelasi yang berarti antara indeks berat tinggi dengan pengukuran pengukuran adi posity (kegemukan) morbiditas (keadaan sakit) dan mortalitas nya kematian telah diakui dalam berbagai literatur dan juga mendukung validitas epidemologi call-nya Informasi seperti ini telah diperoleh secara umum dalam sampel bagi silang yang besar.
Sumber: Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga oleh Drs. Nurhasan M.Pd

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tes Antropometrik, Tes Kemampuan Fungsional, Tes General Motor Ability, dan Test Motor Educability"

Post a Comment