Materi Atletik (Lempar Lembing)

1. Pengertian Lempar Lembing

Lempar lembing merupakan salah satu cabang olahraga dalam atletik. Olahrga ini dilakukan dengan melemparkan lembing dalam jarak tertentu. Untuk mencapai jarak maksimum, atlet harus menyeimbangkan tiga hal, yaitu kecepatan, teknik dan kekuatan.
Lempar lembing adalah salah satu cabang olahraga atletik. Melempar merupakan suatu proses pemindahan suatu benda sejauh-jauhnya dan dilakukan oleh seseorang, ini dapat ditinjau dari kata lempar yang berarti membuang jauh-jauh, ini merupakan unsur gerak dan tujuan dari dari sebuah proses dari kegiatan melempar.Unsur gerak dan tujuan merupakan kesatuan yang utuh dan berupa suatu gerakan teknik melempar.

2. Teknik Lempar Lembing

Teknik-teknik yang terdapat dalam lempar lembing adalah sebagai berikut:

a) Cara Memegang Lembing
Cara memegang lembing yang baik dan efektif merupakan salah satu kunci penentu hasil lemparan. Kalau dilihat pada struktur lembing, maka akan terlihat lilitan tali pada lembing sebagai tempat pegangan yang dianjurkan, karena pada sekitar itu terdapat titik berat lembing yang diprediksikan paling efektif untuk memegang lembing. Cara memegang lembing ada tiga macam yaitu: pegangan cara Amerika (American Style), cara Firlandia (Firlandia Style), cara Jepit Tang (Tank Style).

Tiga Macam Pegangan Lembing antara lain sebagai berikut:

1) Cara Pegangan Amerika

Gambar 16. Cara Pegangan Amerika

Pegangan caraAmerican adalah ibu jari dan jari telunjuk saling bertemu di belakang balutan atau lilitan lembing. Cara ini lebih mudah dilakukan sehingga cocok bagi atlet pemula, secara umum bukan hanya atlet pemula saja yang menggunakan pegangan American akan tetapi di kalangan masyarakat maupun kalangan pendidikan pada umumnya menggunakan pegangan cara American, karna daya dorongnya yang dilakukan ibu jari dan jari telunjuk lebih tinggi (Hasan, 2003:259)
Pegangan caraAmerican ini lebih mudah dilakukan oleh pemula di bandingkan cara pegangan Firlandia yang sebagian kecil dilakukan oleh atlet elit saja, namun secara umum dua cara pegangan tersebut masih digunakan sampai dengan sekarang karena memiliki daya dorong yang sangat kuat cuma yang membedakan hanya pada teknik pegangan saja.

2) Cara Pegangan Finlandia
Pegangan cara Finlandia adalah ibu jari dan jari tengah bertemu di belakang balutan atau lilitan lembing sedangkan jari telunjuk agak lurus dengan batang lembing.

Gambar 17. Cara Pegangan Finlandia

Pegangan lembing cara Finlandia juga disebut pegangan jari tengah ibu jari. Disebut demikian karena ibu jari dan ruas jari tengah terletak dibelakang lilitan. Sedangkan jari telunjuk lurus dan melekat searah dengan lembing, jari manis dan kelingking melingkar tepat pada lilitan.

3) Cara Pegangan Waddel

Gambar 18. Cara Pegangan Waddel

Pegangan cara jepit tang (Tank Style) adalah pegangan dimana jari telunjuk dan jari tengah menjepit lembing tepat di belakang tempat pegangan. Pegangan ini terdapat kelebihan dan kekurangan seperti yang dikemukakan Jonath dkk (1988:81) bahwa “Pegangan tank mencegah terjadinya luka pada siku, karena pelencengan (pegangan kesehatan) tetapi lilitan tipis seperti yang diharuskan sering menyebabkan masalah pada waktu melempar”.
Dari tiga cara pegangan di atas sebenarnya tergantung pada pelempar itu sendiri untuk memilih mana yang lebih cocok. Hal ini sesuai pendapat Guthrie (1993:177) bahwa “Ketiga cara memegang lembing tidak ada satupun dari cara tersebut yang lebih baik dari pada yang lain, seseorang atlet harus memilih salah satu jenis pegangan yang cocok dan paling pas untuknya setelah melalui latihan untuk tiap-tiap jenis pegangan”. Selanjutnya Muhajir (2007:145) mengatakan bahwa “Pelempar dapat memilih cara mana yang cocok baginya, cara manapun yang dipilih oleh pelempar harus dapat memberikan pegangan yang enak, dapat mengendalikan jalan serta arah lemparan dengan tepat, dan dapat menyalurkan tenaga dengan tepat pula”.

b) Cara Membawa Lembing
Cara mengambil awalan pada lempar lembing sangat erat kaitannya dengan cara membawa lembing, sesuai yang dikemukakan Hasan (2003:260) bahwa “Cara apapun bisa dilakukan untuk membawa lembing, asalkan tidak mengganggu kecepatan berlari”.
Jadi dalam membawa lembing yang sering biasa dilakukan para pelempar adalah lembing berada di atas pundak maupun bahu dengan posisi mata lembing serong ke atas, maupun serong ke bawah dan posisi mendatar dalam posisi tersebut otot-otot sekitar bahu dan tangan terasa rileks.

Gambar 19. Cara Membawa Lembing
Ada juga yang membawa lembing dengan posisi lembing di samping badan, tangan lurus ke belakang sehingga tidak mendapat kesulitan untuk mengambil sikap-sikap selanjutnya. Namun sedikit hambatan untuk mendapat kecepatan awalan yang optimal (Suherman, 2001:214).

c) Cara Awalan Lari Lempar Lembing
Gambar 20. Cara Awalan Lari Lempar Lembing

Awalan lari, pelempar berlari sambil membawa lembing di atas kepala dengan lengan ditekuk, siku menghadap ke depan dan telapak menghadap ke atas. Posisi lembing berada sejajar di atas garis paralel dengan tanah. Bagian terakhir awalan terdiri dari langkah silang atau sering di sebut dengan “cross steps”. Pada bagian awalan-akhir ini kita mengenal beberapa cara, di antaranya: 
a). Dengan jingkat (hop-steps), 
b). Dengan langkah silang di depan (cross-steps), 
c). Langkah silang di belakang (rear cross-steps). 
Sedangakan mengenai panjang awalan seperti dikemukakan Ballesteros (1993:117) bahwa “Panjang lintasan awalan harus tidak lebih dari 36.50 m dan tidak kurang dari 30 m, harus diberi tanda dengan dua garis paralel 4 m terpisah dan lebar garis 5 cm”.
Peralihan (cross steps), saat kaki kiri diturunkan, kedua bahu diputar berlahan-lahan ke arah kanan, lengan kanan mulai bergerak atau diluruskan ke arah belakang, dan disini secara berlahan-lahan titik pusat gravitasi turun yang sebelumnya meningkat selama melakuakan awalan lari. Perputaran bahu dan pelurusan lengan yang membawa lembing ke arah belakang diteruskan tanpa terputus dan bergerak terus hingga melewati atas kaki kiri, dan ini menghasilkan kecondongan tubuh bagian atas ke belakang. Perputaran kedua bahu ke kanan membuat pilinan di antara tubuh bagian atas dan bagian bawah serta meninggalkan lembing dengan baik di belakang badan. Pandangan kedua mata selalu lurus kedepan. Ketika tungkai kanan mendarat dalam posisi setengah ditekuk diakhir langkah silang (cross steps), angkatlah tumit kanan saat lutut bergerak maju, dan bukalah kedua tungkai dengan cara melangkahkan kaki kiri selebar mungkin ke depan dan diinjakkan sedikit ke arah kiri. Kedua bahu tetap menghadap ke samping dan pastikan lembing masih dipegang dengan baik di belakang dengan tangan yang membawa lembing tetap berada setinggi bahu.Pergelangan tangan dijaga agar tetap ditekuk dan telapak tangan menghadap atas agar ekor lembing tidak kenak tanah. Selama pergerakan ini lengan kiri dilipat menyilang dada (Suherman, 2001:215)
Fase akhir, Ketika kaki kiri di turunkan di posisi akhir lemparan, pemutaran kedua pinggul ke depan dimulai, ditandai oleh sebuah putaran ke dalam kaki kanan dan lutut dilanjutkan dengan pelurusan tungkai. Segera bahu kiri dibuka, siku kanan diputar ke arah luar atas dan lembing diluruskan di atas lengan dan bahu. Kaki kiri ditekan ke tanah disusul kemudian dengan memutar kaki kanan ke dalam dan meluruskannya sambil lutut kanan turut diluruskan sehingga menghasilkan sebuah posisi membusur dari badan dan meregang kuat bagian otot depan (Suherman, 2001:216).

d) Cara Melempar Lembing
 
 Gambar 21. Cara Awalan Melempar Lembing

Pada saat lembing akan dilemparkan dari atas kepala, lembing dibawa kebelakang dengan tangan lurus diputar kedalam, badan direbahkan kebelakang dengan lutut kaki kanan, kemudian bersamaan dengan membengkokkan siku.
Lembing dibawa secepat-cepatnya keatas kepala, pinggul didorong ke depan dan lembing dilemparkan sekuat-kuatnya dari atas kepala kedepan sehingga tangan lurus dan dibantu dengan menolakkan kaki kanan sekuatnya dan melonjakkan badan kedepan, kemudian lembing dilepaskan pada saat lurus dan jari-jari tangan mendorong pangkal lilitan tali lembing (Hasan, 1993:85-86).

e) Cara Melepaskan Lembing

Gerakan pelepasan lembing adalah gerakan penting untuk suatu lemparan yang baik, bahwa bahu, lengan atas, dan tangan bergerak berurutan.Mula-mula bahu melempar secara aktif di bawa kedepan dan lengan pelampar diputar, sedangkan siku mendorong ke atas.
Pelepasan lembing itu terjadi di atas kaki kiri, lembing lepas dari tangan pada sudut lemparan kira-kira 45 derajat dengan suatu gerakan seperti ketapel dari lengan bawah tangan kanan. Kaki kanan meluncur di tanah, pada waktu lembing lepas terjadi pada suatu garis lurus dari pinggang ke tangan pelempar yang hanya sedikit keluar garis vertikal, sedangkan kepala dan tubuh condong ke kiri pada saat tahap pelepasan lembing.Lengan kiri ditekuk dan memblok selama pelepasan lembing. (Muller, 2000:147-148-149)
Gambar 22. Cara Awalan Melempar Lembing

Saat melempar lembing diperlukan keseimbangan badan untuk mempertahankan posisi tubuh ketika melempar agar tidak terbawa ke depan yang dapat mengakibatkan diskwalifikasi. Tubuh mengupayakan untuk menjaga keseimbangan dengan memusatkannya pada satu kaki tumpuan, keseimbangan dipengaruhi oleh letak segmen-segmen anggota tubuh. Ketika hendak melempar lembing maka moment gaya juga harus kita perbesar sebab semakin besar moment gaya maka gaya yang dihasilkan juga akan semakin besar, sehingga dapat menghasilkan lemparan yang jauh. Semakin besar power kita dalam melempar maka akan semakin besar pula kecepatan benda tersebut.

f) Sikap Badan Setelah Melempar Lembing

Gambar 23. Sikap Badan Setelah Melempar Lembing

Setelah kaki kanan di tolakkan keatas dan kedepan mendarat kaki diangkat kebelakang lemas lalu badan agak miring dan condong kedepan kaki kiri ke belakang lemas kemudian tangan kanan dengan siku agak dibengkokkan berada di bawah dekat keperut dan tangan kiri lemas kebelakang sehingga pandangan kearah jalannya lembing sampai jatuh (Hasan, 1993:85).


Silahkan simak video pembelajaran teknik Lempar Lembing (di menit 14.27-19.40)


 

3. Peraturan Umum Lempar Lembing

a) Peralatan Lembing
Lembing terdiri tiga bagian yaitu mata lembing, badan lembing dan tali pegangan. Badan lembing terbuat dari metal dan mata lembing yang lancip terpasang ujung depan yang panjang. Peraturan tentang spesifikasi lembing putra dan putri adalah sangat komplek, dalam rangka menjamin melayang dan menancapnya lembing yang sah. Manager Teknik harus berhati-hati dalam menjamin bahwa semua lembing yang akan digunakan dalam suatu perlombaan harus memenuhi semua peraturan dan ketentuan yang ditetapkan. Berat lembing untuk putra adalah 800 gram, sedangkan lembing putri 600 gram. Panjang lembing untuk putra adalah 2.60 – 2.70 m, sedangkan panjang lembing putri 2.20 – 2.30 m.Pada perlombaan atletik seperti Olimpiade, Kejuaran Dunia atau regional.Hanya lembing yang disediakan oleh Panitia Penyelenggara yang boleh digunakan.Namun pada perlombaan yang lebih kecil, peserta boleh menggunakan lembingnya sendiri, asalkan lembing tersebut telah diperiksa dan diberi tanda sebagai tanda sah oleh Panitia Penyelenggara sebelum perlombaan dimulai dan boleh digunakan oleh peserta yang lain (Ballesteros, 1993:117).

b) Lintasan Awalan Lempar Lembing
Panjang lintasan awalan lempar lembing harus tidak lebih dari 36.50 m dan tidak kurang dari 30 m, harus diberi tanda dengan dua garis paralel 4 m terpisah dan lebar garis 5 cm (Ballesteros, 1993:117)

c) Lengkung Batas Lempar Lembing
Lengkung lempar dibuat dari kayu atau meta dicat putih dipasang datar dengan tanah, dan merupakan suatu busur atau lengkung suatu sirkel yang bergaris tengah radius 8 m. Garis lengkungnya sendiri selebar 7 cm. Garis sepanjang 0.75 m dibuat sebagai perpanjangan dari lengkung lempar dan siku-siku terhadap garis paralel lintasan lari awalan (Ballesteros, 1993:117).

d) Sektor Lemparan
Garis ini terkait dengan sisi dalam garis paralel lintasan awalan yang ditarik dari titik pusat lengkung batas lempar dengan sudut 29o (Ballesteros, 1993:117).

e) Penilaian Lempar Lembing
Penilaian dalam lempar lembing dilakukan dengan menggunakan bendera putih, untuk menandakan bahwa lemparan yang dilakukan benar dan bendera merah untuk menandakan bahwa lemparan yang dilakukan salah.Suatu lemparan diukur dari tanda yang terdekat dengan kepala lembing, sampai ke bagian dalam ujung lingkaran lalu mengukur antara tanda tersebut. Kemudian beberapa unsur penilaian dalam lempar lembing adalah cara memegang lembing dan pendaratan atau jatuhnya lembing (Munasifah,2008:7).
Selanjutnya tentang penilaian Muhajir (2007:149) mengatakan “Lemparan sah bila mata lembing menancap atau menggores tanah di sektor lemparan, lemparan tidak sah bila sewaktu melempar menyentuh lengkung lemparan, atau garis 1,5 meter samping atau menyentuh tanah di depan lengkung lemparan”. Lebih lanjut Ballesters (1993:117) menjelaskan bahwa “Suatu lemparan dianggap sah bila mata lembing harus menyentuh tanah sebelum bagian lembing yang lain, dan jatuh sepenuhnya di dalam atau di sisi dalam dari sektor pendaratan lembing.

f) Persyaratan Suatu Lemparan yang Sah
  1. Lembing harus di pegang pada bagian pegangannya, dan harus di lempar lewat atas bahu atau bagian teratas dari lengan si pelempar dan harus tidak dilempar secara membandul.Gaya non orthodox tidaklah di izinkan untuk dipakai.
  2. Lemparan itu tidak sah apabila mata lembing tidak menggores tanah sebelum bagian lembing lainnya.
  3. Pelempar pada waktu membuat awalan lempar tidak boleh memotong salah satu garis atau jalur paralel.
  4. Lemparan tidak sah bila si pelempar menyentuh dengan bagian tubuhnya atau anggota badan garis lempar, atau garis perpanjangan (garis lempar) yang siku-siku terhadap garis paralel, atau menyentuh tanah didepan garis lempar dan garis-garis itu semua.
  5. Sesudah membuat gerakan awalan lempar sampai lembingnya dilepaskan dan mengudara, tidak sekali-kali pelempar memutar tubuhnya penuh sehingga punggungnya membelakangi sektor lemparan.
  6. Pelempar tidak boleh meninggalkan jalur lari awalan sebelum lembing yang dilemparkan jatuh ke tanah. Dari sikap berdiri meninggalkan jalur lari awalan dari belakang lengkung garis lempar dan garis perpanjangan.
g) Lapangan Lempar Lembing
Gambar 24. Lapangan Lempar Lembing

Ukuran lapangan lempar lembing:
  1. Lebar awalan: 4 meter.
  2. Panjang awalan: 40 meter.
  3. Lebar garis lurus sebelah kanan dan kiri garis lempar: 1,5 meter.
  4. Lebar garis lempar: 7 meter.
Alat yang digunakan dalam lempar lembing:
  1. Lembing terbuat dari bambu atau juga aluminium dengan mata lembing terbuat dari logam.
  2. Untuk putri: panjangnya 2 meter dan beratnya 600 gram.
  3. Untuk putra: panjannya 2,60 meter dan beratnya 800 meter.
Peraturan-peraturan dalam melakukan lempar lembing:
  1. Setiap pelempar mempunyai hak melempar 3 kali.
  2. Melempar harus dengan satu tangan.
Diskualifikasi atau lemparan dianggap tidak sah apabila:
  1. Lembing tidak dipegang pada pembalutnya.
  2. Dipanggil sudah dua menit, belum melempar.
  3. Menyentuh besi batas lemparan sebelah atas.
  4. Menyentuh tanah di luar besi lingkaran.
  5. Setelah melempar keluar lewat garis lempar.
  6. Lembing jatuh di luar sektor lemparan.
  7. Ujung lembing tidak membekas pada tanah.
h) Faktor Mempengaruhi Lempar Lembing

Pelempar lembing adalah seseorang yang mempunyai daya ledak otot lengan bahu yang besar dan mempunyai kekuatan serta ketepatan langkah dalam melakukan awalan sebelum lembing dilepaskan (Adisasmita, 1986:7). Oleh karena itu pelempar yang tidak mempunyai ketepatan dalam melangkah sama halnya tidak mempunyai harapan untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Unsur dasar dari suatu prestasi lempar lembing adalah ketepatan dalam melangkah pada saat awalan, hal ini merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kemampuan seseorang untuk melempar sejauh mungkin. Disamping itu faktor utama yang harus diperhatikan adalah cara pegangan dan unsur fisik seperti kekuatan, kelentukan, kecepatan dan daya ledak otot. Komponen-komponen ini tidak boleh diabaikan oleh pelempar, pelatih termasuk juga guru penjas dalam mengajar.
Kemudian faktor lain yang mempengaruhi hasil lempar lembing adalah kesalahan dalam melakukan lemparan, ada beberapa kesalahan yang sering terjadi ketika melakukan lempar lembing, yaitu sebagai berikut:
  1. Kecepatan lari tidak diatur meningkat. Dari awal larinya cepat terus atau sebaliknya terlalu lambat,
  2. Sewaktu lari, lembing didiamkan saja,
  3. Setelah langkah silang, pelempar berhenti dahulu,
  4. Kaki kanan tidak dikencangkan,
  5. Lemparan tidak diikuti siku kanan,
  6. Kaki kiri tidak dilangkahkan pada saat akan melempar,
  7. Lepasnya lembing tidak melewati atas pundak kanan,
  8. Sudut lempar kurang atau terlalu besar,
  9. Tidak dapat memelihara keseimbangan (Munasifah, 2008:20).
i) Hal Diperhatikan Dalam Lempar Lembing
Beberapa Hal yang Disarankan.
  1. Memegang lembing sepanjang jalur lengan.
  2. Melebarkan langkah terakhir dan membengkokkan secara perlahan-lahan tungkai kanan.
  3. Berlari lurus selama melakukan awalan.
  4. Bawalah berat badan melewati tungkai belakang.
  5. Dapatkan sebuah pilihan antara tubuh bagian atas dan bagian bawah (bahu kiri dalam posisi tertutup).
  6. Luruskan lengan lempar dan telapak tangan lempar dalam posisi menghadap keatas.
  7. Langkahkan tungkai kiri jauh ke depan dan cakarkan.
  8. Busungkan badan dalam posisi lempar dan bawalah sikut keatas sewaktu melakukan lemparan.
j) Beberapa Hal yang Harus Dihindari
  1. Memegang lembing dengan kepalan tangan penuh (menggenggam).
  2. Meloncat ke atas pada langkah terakhir.
  3. Melakukan dua kali atau lebih langkah silang.
  4. Membawa ke dua bahu menghadap kedepan.
  5. Pinggul di tekuk sehingga badan membungkuk ke depan.
  6. Membengkokkan lengan lempar pada saat mulai melakukan lemparan.
  7. Penempatan kaki depan di tanah terlalu jauh ke kiri.
  8. Melempar berputar melalui samping kanan badan.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Materi Atletik (Lempar Lembing) "

Post a Comment